Kamis, 24 Juli 2014

Hanya Sebuah Coretan Kecil

Apa maksud dari kalimat "Cintai aku karena Allah"?, sungguh aku masih bingung dengan kalimat itu. Bagaimana cara mencintai dia karena Allah? Sementara Allah itu keyakinan yang ada dalam hati. Jadi maknanya orang yang kita cintai bersama allah di hati kita? Jadi sama halnya dong kalau aku mengatakan "Aku melihat Allah ada pada dirimu"

Memilih itu mudah namun bertahannya sulit

Cinta sejati tidak akan berakhir

Senin, 21 Juli 2014

Indahnya ramadhan

Kiann menjauh sang matahari.. cahaya semakin kikir ditampakkannya namun kesibukan masih setia menemani. Suara lantunan ayat alquran di sebrang sana mulai masuk ke gendang telinga tapi hanya ada segelas air putih yang tersenyum manis siap untuk di alirkan ke dalam rongga. Tidak ada lagi waktu untuk mempersiapkan segalaya. Sabarlah,, setelah menghadap allah akan kuisi kekosongan yang mengganggu lambung mungil itu.. rasa lelah mulai mengganggu dan membujuk untuk merebahkan diri,namun masih tampak dua sosok paruh baya masih bersemangat dgn kesibukannya. Mereka seperti memiliki banyak nyawa..

Jumat, 18 Juli 2014

Denting Suara Hati

Cahaya lampu berjarak beberapa meter dari tempat aku merebahkan tubuh sangat menarik perhatian. Jendala aku buka agar bisa menonton cahaya itu dengan jelas. Seketika angin sejuk mulai menyelimuti tubuh yang sudah sempat mati suri. Kicauan serangga semakin menambah semangat untuk membawa jari jemari berlayar di atas lautan huruf. Rasa kesal mulai muncul ketika naluri ini tak merasakan kehadiran bulan dan bintang, kedua objek yang selalu menjadi teman dalam keadaan sepih dan ingin mengadu selain yang maha kuasa.
Bulan dan bintang mungkin sibuk dengan pasiennya yang lain sehingga meminta kicauan serangga agar setia menemani.

Aku ingin sebuah tulisan terekam malam ini dan membiarkan sunyinya malam menjadi saksi bisu rasa yang ada saat ini. 

Entah rasa apa yang mulai tumbuh di jiwa ini, seakan ada sosok yang selalu menyapa dalam khayalan dan ada bayangan yang senantiasa berlari lari dalam mimpi. Raga ini terasa nyaman jika berada dalam satu syaf dengan sosok itu dan terasa sepih tampa sosok dia dalam keramaian.  Aku tiada henti menafsirkan rasa ini hingga syarafku mulai kendor dan melemah. Aku tidak memahami sinyal rasa yang menyelimuti hati dan fikiranku.

Dia sosok yang sangat sulit di pahami hingga Tali syrafku kesulitan menscane pikiran sosok itu. Ada sesatu yang berbeda dengan kepribadiannya.

Kamis, 10 Juli 2014

Pahami Rasa Ini

Entah...
Aku masih mampuu
Menahan rasa ini...
ENtah...
Sampai kapann
Aku diam membisu.
Entah...
Cara seperti apa
agar kau memahamiku

Didalam hati selalau tersimpan
rasa yang takkan bisa aku ungkapkan
Bibir manja selalu membisu
Membongi perasaan ini

Seandainyaa...
Kau mengerti akan hadirnya rasa ini
Seandainya..
Kau tak biarkan aku mennati

Sebenarnya syrafku selalu memikirkanmu
Sebenarnya hatiku selau mencintaimu
Hanya saja aku tak pernah mengunggkapkannya.

Hatiku ini terlanjur membutuhkanmu
Terlanjur menyayangimu
Terlanjur menginginkanmu
Terlanjur mencintaimu

Minggu, 06 Juli 2014

Senyuman Terakhir

For : Yudhi Ashar....

Senyum lebar terpancar di garis wajahku saat selfie bersama penghuni rumah yang berdiri kokoh di baris yang sama dengan rumah milik sosok paruh baya yang telah berhasil membuatku ada di dunia yang sakral ini. Seperti biasa, hasil puluhan photo selfie yang berhasil tertangkap camera hanya ada satu photo yang menarik perhatian yaitu photo yang berhasil menangkap sebuah kecacatan yang ada pada pipih saat aku tersenyum. 
Jari jemariku sangat lincah manari diatas layar modern terkini untuk segera menjadikan photo itu sebagai profil di sebuah jejaring sosial milik perusaahan blackberry
Tidak cukup lima menit, aku terpaku pada sebuah status yang ditulis oleh salah satu kontak yang mengatakan "innalillah.. Yudhi ashar". Aku mengabaika  pesan itu karena aku mengira keluarganya yang tiada. Namun aku mulai gelisah saat banyak yang menulis pesan seperti itu. Aku memastikan pesan itu dengan menanyakan langsung kepada Inggil yang juga menulis pesan seperti itu. "Siapa yang meninggal?" Aku menunggu balasannya dengan berharap itu bukan dia. Namun harapanku sirna ketika sebuah pesan masuk "yudhi". Satu kata yang sangat sakral dan mampu membasahi pipih ini dengan deraian butiran air mata. Sebuah kejadian yang tidak pernah kubayangkan. Butiran air mata itu sangat sulit ku hentikan ketika bayangan denganmu mulai menari nari di syarafku.

Yudhi azhar, sosok teman yang jarang dijumpai dengan sifatnya yang langka. Kepribadiannya yang selalu membuat seaeorang kagum padanya.
Aku ingin menulis sedikit moment tentangmu, moment yang aku anggap susah untuk dilupakan.
Jika kamu masih menghembuskan nafas, aku tidak yakin kamu masih mengingat perisiwa ini. "peristiwa dimana kita masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku dan ketiga teman yang lain(diana,ria dan indra) memainkan kepalamu hingga kamu merasa pusing. Di rmh kamu pusing membuat ibumu heran karena tadi kamu baikbaik saja. Kamupun menjelaskan kejadian di sekolah. esoknya ibumu datang kesekolah memarahi kami dan gurupun ikut menjewer telinga kami" aku yakin saat itu kamu tidak bermaksud mengadu karena aku tahu kamu sosok teman yang sangat sabar dan tahu bahwa sebenarnya pada saat itu kami hanya bercanda.

Masih berkisar di bangku sekolah dasar."ujian praktik yaitu menari dan suling. Kembali kita berada satu kelompok yang sama (aku,kamu,diana,indra dan ria). Kita berlatih di rumah diana saat itu kita naik becak ke rumah diana bersama indra. Saat latihan kamu tampak lebih jago daripada indra karena pergerakan kamu yang begitu lembut." Kamu sosok teman yang lebih mudah akrab dengan wanita hingga membuat kami mudah connect.

Masih ingat tidak saat kita(aku,kamu,diana,indra dan ria)main lompat karet? Saat kita berkebun. Saat kita menyontek pekerjaan indra....

Moment selanjutnya saat kita duduk di bangku SMP yang sama dengan seragam putih biru. Walaupun beda kelas tapi kita tidak kehilangan komunikasi. Peristiwa yang paling mengejutkan saat Ria yang satu kelas denganmu memberi kabar bahwa kamu mengalami kecelakaan dan keadaamu sangat kritis.saat itu allah masih memberimu kesembuhan untuk berkumpul bersama
.
Moment selanjutnya, saat aku dan ketiga teman lainnya (diana,indra dan ria) duduk di bangku SMA yang sama dan kamu di bangku SMK. kita tetap berkomunikasi melalui jejaring sosial. "Peristiwa saat kita chat dan membuat janji bersama ria,diana dan indra untuk berkunjung ke rumah wali kelas kita saat duduk di bangku SD Ibu Rahmi." Namun tak kesampaian karena kesibukan lainnya.
Moment selanjutnya. Saat kita duduk di area perkuliahan. Kita satu kampus dengan jurusan yang sama namun berbeda kelompok. Sematara diana,ria dan indra melanjutkan pendidikan di daerah lain. Aku paling ingat saat aku meminta bantuan dari kamu saat menjelang ujian. Kamu yang lebih dulu ujian dengan dosen yang sama selalu dengam senang hati memberitahukan soal yang muncul kepadaku.

Dan detikdetik terakhir bersamamu yaitu saat berada di kampus, tepatnya digedung H lantai dua, aku memanggilmu dan kamu hanya berbalik dan tersenyum karena ada kelas lain. Aku tidak menyadari jika ternyata senyum itu adalah senyuman terakhir yang kau lemparkan kepadaku.

Kini aku berada di kediamanmu tanpa kehadiran ke tiga teman kita karena masih diluar kota. Aku memandang tubuh kaku tak bernyawa lagi. Tangisan terus menerus tertuju padamu. Tampak seorang ibu yang masih terbaring disampingmu dan memeluk erat tubuhmu seakan beliau belum rela melepaskan anak tercintanya.. sementara tampak seoranng nenek menangis tiada henti menceritakann kejadian maut itu.

Motor yang kamu tumpangi bersama temanmu tibatiba saja di sambar kencang dengan motor dari arah berlawanan. Kamu yang tidak memakai helm dan di bonceng akhirnya tersungkur di tanah begitupun teman dan pemuda yang menyambarmu. Di rumah sakit kamu sempat sadar dan berdialog dengan ayahmu. Kamu tidak ingin melepaskan tangan ibumu. Hinggaa akhirnya jiwamu tak lagi bersama kita. Allah lebih sayang kamu.
Sebelum kejadian ini kamu sempat meminta kepada ayah dan ibumu untuk dibelikan seprai baru dan piama. Kamu juga meminta untuk dibelikan sebuah peci hingga akhirnya ayah mu menemani untuk membeli peci itu.
Kini aku hanya bisa memandang sebuah papan yang bertuliskan tentang dirimu "yudhi ashar wafat 06 july 2014"
 

Pengikut