Sabtu, 10 Maret 2012

Makalah Agama "PERILAKU TERPUJI"

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Tahukah kamu bahwa manusia menjalani beberapa proses perjalanan kehidupan. Perjalanan pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian, berikutnya dibangkitkan untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah perhitungan amal (hisab). Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman dan beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan kehidupan diakhirat kelak.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkanbekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti berotbat, raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri. Bab ini secara khusus akan membahas sifat-sifat terpuji tersebut.
Menurut bahasa, arti taubat adalah kembali. Maksudnya, kembali dari segala yang tercela menurut agama Islam , menuju semua hal yang terpuji. Taubat apabila dibahasakan secara ringkas adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji tidak mengulanginya lagi. (penyesalan atas semua perbuatan tercela yang pernah dilakukan).
Untuk membersihkan hati dari dosa yang pernah dilakukannya, manusia diperintahkan untuk bertaubat. Tobat merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah SWT memerintahkan dalam hal taubat ini berupa taubat yang semurni-murninya sebagaimana firman-Nya dalam suart At Tahrim (66) ayat 8 yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (Q.S. At Tahrim (66) : 8).
Nabi Muhammad SAW, meskipun telah dijamin atau terpelihara dari segala dosa (maksum), tetap bertaubat dan mohon ampun kepada Allah SWT. Berbicara masalah taubat, ternyata berkaitan erat dengan istighfar yaitu memohon ampun dari semua dosa kepada Allah SWT dengan menundukkan hati, jiwa dan pikiran. Istighfar tidak hanya melisankan dengan “astghfirullahal “adzim”, tetapi harus disertai dengan keseriusan dan harapan untuk memperoleh ampunan Allah SWT. (pelajari Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 286 dan Surat At Tahrim (66) ayat 8).
Raja’ berarti harapan. Maksudnya adalah mengharap ridha Allah SWT. Raja’ termasuk akhlak yang terpuji yaitu suatu akhlak yang dapat berguna untuk mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sebagai muslim dan muslimah tentunya mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Supaya harapan tersebut dapat tercapai maka harus menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.dan tidak lupa untuk berdo’a. Dalam surat Al Mukmin (40) ayat 60 dikatakan: Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.S. Al Mukmin (40) : 60).
B.  RUMUSAN MASALAH
1.     Apa pengertian sifat taubat ?
2.     Apa pengertian sifat raja ?

C.  TUJUAN
1.     Mengetahui pengertian perilaku tobat.
2.     Mengetahui pengertian perilku raja’

D.  METODOLOGI
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode/cara pengumpulan data atau informasi melalui : Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui studi literature, internet, dan sebagainya yang sesuai atau yang ada relevansinya (berkaitan) dengan masalah yang dibahas.

E.   SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penulisan ini, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikan sistematika penulisannya agar lebih mudah dipahami dalam memecahkan masalah yang ada, di dalam penulisan ini dibagi dalam 3 (tiga) bab yang terdiri dari:
Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metodologi, dan sistimatika penulisan.
Bab II : Bab ini merupakan bab yang berisi tentang analisis terhadap masalah efektivitas hukum dalam masyarakat.
Bab III : Bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran.


BAB II
PEMBAHASAN
PERILAKU SIFAT-SIFAT YANG TERPUJI  
A.   Tobat

1.    Pengertian
Taubat berasal dari kata “taba” yang berarti kembali, sedangkan menurut istilah taubat artinya kembali mendekatkan diri kepada allah setelah menjauh darinya. Adalah sebuah keinginan, kegandrungan, kebutuhan akan Allah SWT. Maupun segala yang dapat membuat kita lebih mengenalnya Oleh karena itu, landasan bertaubat adalah mencari Allah Singkatnya bahwa bertaubat adalah kembalinya seorang hambaa dari kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah SWT., dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dibenci-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata bertaubat dan beristigfar. Untuk mengetahui pengertian bertaubat, maka perhatikan firman Allah SWT
Yang Artinya : “karena itu mohonlah ampun kepada-Nya, kemudian bertaubatlah, sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa Hamba-Nya).”( QS.Hud/11 : 2)
Bertaubat sesungguhnya merupakan panggilan Allah SWT. Allah yang menumbuhkan keinginan bertaubat didalam hati manusia. Allah memerintahkan manusia untuk bertaubat didalam al-qur’an  sebanyak 87 kali. Allah juga memerintahkan nabi Muhammad SAW. Untuk bertaubat.
Bertaubat sangat penting bagi manusia karena kalau tidak bertaubat berarti mereka sudah menzalimi dirinya sendiri. Selain itu bertaubat juga merupakan ibadah yang utama dan yang disukai Allah SWT. Perhatikan firman Allah berikut ini :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.Al-baqarah/2:222).
2.      Syarat-syarat Taubat
Banyak manusia yang tidak tahu akan hakikat taubat, syarat, dan adab-adabnya. Oleh karena itu,banyak yang bertaubat hanya dengan lisan saja, sedangkan hati mereka kosong, sehingga mereka tidak berhenti melakukan maksiat. Artinya bahwa tidak semua taubat dapat diterima, tentu terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar taubat diterima oleh Allah.
Supaya taubat kita diterima oleh Allah SWT., maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya adalah :
a.     Meninggalkan dosa tersebut.
Ibnu Qayyim berkata: “Tobat mustahil terjadi, sementara dosa tetap dilakukan.”
b.     Menyesali perbuatan tersebut.
Rasulullah SAW. Bersabda : “menyesal adalah taubat.”
c.      Berjanji.
(berazzam) untuk tidak mengulangi lagi. Ibnu mas’ud berkata bahwa taubat yang benar adalah taubat dari kesalahan yang tidak akan diulangi kembali, bagaikan air susu yang tidak mungkin kembali kekantong susunya lagi.
d.     Mengembalikan kezaliman kepada pemiliknya, atau meminta untuk dihalalkan.
Imam Nawawi berkata bahwa diantara syarat taubat adalah mengembalikan kedzaliman atau meminta untuk dihalalkan
e.      Ikhlas.
Ibnu hajar berkata, “Tobat tidak akan sah kecuali dengan ikhlas
f.       Tobat dilaksanakan pada waktu masih hidup ( sebelum sakaraul maut )
Hal ini disandarkan pada firman Allah SWT., yang artinya : ”Dan tobat itu tidaklah diterima Allah dari merekayang melakukan kejahatan hingga ajal kepada seorang diantara mereka, barulah dia mengataka, “saya benar-benar bertaubat sekarang.”

3.      Faidah Bertaubat
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang ditemukan bahwa untukmelakukan tobat agak sulit. Oleh karena itu, untuk menggerakkan hati kita agar setiap saat bergerak untuk bertaubat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, diantaranya adalah :
a.     Mengetahui hakikat taubat
b.     Merasakan akibat dosa yang dilakukan
c.      Menghindar dari lingkungan yang kurang baik
d.     Membaca dan mengkaji al-qur’an dan hadits, terutama yang berkaitan dengan dosa.
e.      Berdoa
f.       Mengetahui keagungan Allah yang maha pencipta
g.     Mengingat kematian yang tidak diketahui kapan, dimana, dan datangnya tiba-tiba
h.     Membaca sejarah atau kisah-kisah orang yang bertaubat.

Setelah kita mengetahui syarat dan hal-hal yang dapat menggerakkan hati untuk bertaubat, maka kita dapat mengetahui manfaat taubat diantarnya adalah :

Ø Tobat itu jalan menuju keberuntungan
Ø Malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat
Ø Mendapat kemudahan hidup daan rezeki yang luas
Ø Menghapus kesalahan dan pengampunan dosa
Ø Hati menjadi bersih dan bersinar
Ø Dicintai Allah SWT.

4.      Ada beberapa kriteria orang yang bertaubat.
·        Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya.
Artinya :“Selain orang-orang yang tobat sesudah berbuat kesalahan dan mengadakan perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang.” (QS Ali Imran : 89)
·        Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini sudah tidak dapat diterima lihat Al-qur,an on line di gogle
Artinya : “Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak pula (diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksaan yang pedih.” (QS An Nisa : 18
·        Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah yang dinilai paling tinggi (lihat Al Qur’an aurah At Tahrim :
Tobat nasuha dapat dilakukan degan prose sebagai berikut.
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada Allah (QS An Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblisdan ari kejahatan makhluk lainnya. (QS An Nas : 1-6, Al Falaq : 1-5, dan An Nahl : 98)
3) Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan, dengan sungguh-sungguh, sesuai keadaan, tidak melampaui batas, dan hasilnya tidak boleh diminta segera (QS Al A’raf : 35, Hud : 112, Al Isra’ : 17-19, Al Anbiya : 90&37, Az Zumar : 39) serta sadar karena tidak semua keinginan dapat dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4) Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak dimurkai Allah (QS Yunus : 100) dan menggunakan pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk (QS Hud : 46 dan Ar Rum : 29) serta selalu membaca ayat-ayat alam semesta Al Qur’an (QS Ali Imran : 190-191), mendengarkan perkataan lalu memilih yang terbaik (QS Az Zumar : 18), dan bertanya kepada yang berpengetahuan jika tidak tahu (QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah :155-157) karena kalau tidak sabar orang beriman dan bertakwa tidak akan mendapat pahala (QS Al Qasas : 30)
6) Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar (QS Al Ankabut : 45) dan bertebaran di muka bumi setelah selesai salat untuk mencari karunia Allah dengan selalu mengingatnya agar beruntung (QS Al Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi hikmah (QS Yusuf : 22, Al Qasas : 4, Al Furqan : 69-71, At Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut.
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesalai perbuatannya
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Dan mengganti dengan perbuatan yang baik, dan apabila ada hubungan dengan hak-hak orang lain, maka ia harus meminta maaf dan mengembalikan hak pada orang tersebut
B.  Raja

1.     Pengertian
Kata raja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Maksud raja’ pada pembahasan ini adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia dari Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat
Raja’ termasuk akhlakul karomah terhadap allah SWT yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang muslim/muslimah yang mengharapkan ampunan Allah berarti ia mengakui bahwa Allah itu maha pengampun.
Kebalikan dari sifat raja’ adalah berputus harapan terhadap ridha dan rahmat Allah SWT.  Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya haram dan merupakan ciri dari orang kafir
Muslim/muslimat yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap optimis, dinamis, berfikir kritis dan mengenal diri dalam mengharapkan keridhaan Allah SWT.  Berikut adalah penjelasan ringkasan tentang hal tersebut

*    Optimis Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandagan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan, misalnya:
Ø seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
Ø  Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut

Kebalikan dari sikap optimis adalah sifat pesimis. Sifat pesimis dapat diartikan berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Seseorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencoba.

*    Dinamis Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju, misalnya :

Ø Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat
Ø  Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang
Kebalikan dari sifat dinamis ialah statis. Sifat statis harus dijauhi oleh setiap muslim/muslimat karena termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatangkan kerugian

*    Berfikir kritis Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir kritis artinya tajam dalam menganalisa, bersifat tidak lekas cepat percaya, dan sikap selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan. Orang yang ahli mmeberi kritik atau memberi pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau belum disebut kritikus.                   Kritik ada dua macam yaitu yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Pertama , kritik yang termasuk akhlak terpuji yaitu kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk mmeberikan pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya, disertai dengan memberikan petunjuk tentang jalan keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya tersebut

*    Mengenali diri dengan mengharapkan ridho Allah SWT
seorang muslim yang mnegenali dirinya tentu akan menyadari bahwa dirinya adlah makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah). Iapun menyadari tujuan hidupnya adalah memperoleh ridha Allah, sehingga hidupnya diabdikan untuk menghambakan diri hanya kepada-Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan semua larangan-Nya

2.     Peranan raja'
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa,jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga, pent). Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka (QS. Yunus: 62) Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta

3.     Raja' yang terpuji
Syaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, roja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun roja' tanpa disertai amalan adalah roja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
4.      Roja' adalah ibadah
Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya (QS. al-Israa': 57) Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya

5.     Roja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri
Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Roja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan roja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
6.     Mengendalikan roja'
Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat
Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalm kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Dan apabila dikhawatirkan dengan lebih condong kepada harap maka dia merasa aman dari makar Allah maka hendaknya dia memulihkan diri dan menyeimbangkan diri dengan memperbesar sisi rasa takutnya. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59)








BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan taubat masa sekarang: meninggalkan secara langsung dosa yang sedang dilakukan. Adapun taubat masa yang akan datang: bertekad untuk tidak melakukan kembali .
Taubat ada tiga macam:
Taubat umum ('Am), taubat khusus Khâsh, dan taubat paling khusus (khawwâshul khawwâsh)
*    Taubat umum adalah taubat dari maksiat, yaitu taubat orang-orang yang bermaksiat.  
*    Taubat khusus adalah taubat dari taubat umum, taubat ini adalah taubatnya para Nabi terdahulu
*    Taubat paling khusus adalah taubat dari perhatian terhadap selain Allah swt, ini adalah taubatnya Rasulullah saw dan Ahlul bait (sa). Jadi taubat mereka adalah kembali kepada Allah dari pandangan kepada selain Allah. Istilah taubat ini dikenal di kalangan ahli suluk.
sedangkan Roja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt.
B.  SARAN
Dalam menghadapi hidup hendaknya setiap orang memiliki perilaku-perilaku terpuji salah satunya yaitu perilaku tobat dan raja’, karna bertobat merupakan suatu tindakan yang meninggalkan secara langsung dosa yang sedang dilakukan.dan raja’ merupakan perilaku berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Sesungguhnya Allah memerintahkan manusia untuk bertaubat didalam al-qur’an  sebanyak 87 kali. Sedangkan roja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun roja' tanpa disertai amalan adalah roja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela.


DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Thoyyib Sah Saputra, M.Pd, Drs. H. Wahyudin, M.Pd, 2009, aqidah akhlaq PT.Toha Putra, Semarang.
: www.harunyahya.com 
Halim Abdul Nipan m 2000, menghias diri dari akhlak terpuji, mitra pustaka, Yogyakarta.
Ibrhim Mahyudin , 2000, 180 sifat tercela dan terpuji, Restu Agung, Jakarta
Daud Ma’mur , 1938, terjemahan hadis shahih muslim , jilid I-IV, Widjaya, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut