Jumat, 17 Agustus 2012

Setia Hanya Pada Satu Hati



            
  This is real this is me………………..”  Lagu itu sangat jelas terdengar ditelinga Mia hingga membuat dia mampu sedikit membuka mata.  Suara itu terdengar dari hp kecil mia yang menandakan waktunya untuk kembali ke alam nyata dan meninggalakan alam mimpi. Setelah beberapa menit dia sudah berdandan rapi, siap berangkat sekolah. Mia memandangi dirinya yang sudah terlihat manis di depan cermin. Dia mencium kedua tangan orang tuanya dan berlari menuju garasi tempat mobilnya diparkir tanpa menghiraukan makanan yang ada diatas meja. Walaupun sebenarnya dia sangat ingin mencicipi makanan itu. Tahan! Titik! Nggak ada tapi-tapian lagi! Apapun yang terjadi dia harus bisa. Apalagi kalo bukan harus langsing! Itu misi terpentingnya. Itu cita-citanya yang paling diimpikan dari dulu. Sebenernya kalo dipikir-pikir Mia tuh nggak gendut tapi dianya saja yang merasa gendut dan harus menurunkan porsi makannya.
            Mobil Honda Jess merah yang mia kemudikan berhenti tepat diparkiran sekolahnya. Seperti sekolah lain pada umumnya, sebagian besar siswa SMAN  01 WATAMPONE akan masuk kelas menjelang detik-detik terakhir bel berbunyi, apalagi sekarang masih kurang 15 menit dari on time-nya jam masuk. Beda dengan siswa lain, Mia yang memang hoby datang lebih awal dibanding teman-temanya, lebih senang berdiam diri di kelas membaca buku pelajaran menunggu bel berbunyi.
            Namun hari ini terasa berbeda, lima menit mia berdiam diri dikelasnya tepat diruang XI IPA1, sesuatu yang tidak mia sangka-sangka terjadi. Rizal yang sudah enam bulan bersama Mia menghampirinya.
            “hai, pagi benar, sudah sarapan? Ni buku catatanku yang kemarin kamu pesan”  Sapa Rizal sambil menyodorkan buku dan merebahkan punggungnya di sebelah Mia.
            “sudah,,,,ni liad perut udah buncit” balasnya dengan berbohong ditemani sedikit senyuman melengkung dibibir. Mia sudah tahu, kalau dia mengatakan yang sebenarnya dia akan mendapatkan omelan dari Risal.
            “soal bukunya, makasih banget yaa,,,” sambung mia yang perkataanya tadi sempat terpotong.
            “iya,,, aku kembali ke kelas dulu, lima menit lagi masuk. Ingat! Kalau pelajaran berlangsung, pikirannya jangan aku terus, focus ke pelajaran dan kembali ke Allah” jelas Rizal dengan nada sedikit bercanda
            ???????? Mia terdiam menahan tawanya
            “memamng iya kan, kamu kalau ngak diperingatain,,,,,,,,!!! Sambung rizal yang segera berlari menuju ruangnya XI IPA2, ketika melihat Mia mengambil ancang-ancang untuk memukul jidatnya.
            Entah bagaimana warna wajah Mia pada saat itu. Namun, mia tahu Rizal berhasil sedikit mempermalukannya.
            Saat jam pelajaran dimulai, Asiyah yang memang satu tempat duduk dengan Mia, melirik buku catatan Rizal yang tadi dipinjamkan kepada Mia. “itu buku milik rizal kan,??ternyata Rizal anak yang rajin, catatanya rapih dan besih, tulisannya juga sangat bagus. Beda banget dengan kamu, yang catatanya hanya bisa dibaca oleh pemiliknya. Aku heran dengan rizal, kok dia bisa suka dengan siswI yang tulisannya ngak karuan. Untung saja otak kamu tidak sekaruan tulisan kamu” bisik asiyah dengan nada bercanda disusul tawanya yang hampir tidak didengar.
            Sepulang sekolah, untuk pertama kalinya Mia meminta Rizal untuk mengantarkannya ke tokoh buku. Tapi sialnya Rizal tidak bisa dengan alasan ada kegiatan pelatihan basket,  kebetulan Rizal juga salah satu pemain basket disekolahny, dia juga cukup hebat dalam permainan itu.
            Walaupun Mia meras sedikit kecewa tapi dia berusaha mengerti dengan kesibukan Rizal, dia tidak ingin mengecewakan Rizal. Akhirnya, Mia mengajak teman-temannya untuk menemaninya. Asiyah,ade,devi,diana dan cici yang memang teman-teman yang paling dekat dengan Mia dengan senang hati menerima tawaraannya.
            Dengan mengendarai mobil Mia, mereka semua sudah tiba di depan tokoh buku. Mia masuk disusul dengan teman-temannya. Setelah beberapa menit mencari buku, tiba-tiba,,,,,,,,
            “mia, lihat ke sana, itu bukannya Rizal??”  tanya asiyah
            “iya, tapi kok dia dengan wanita, kalau ngak salah wanita itu siswa disekolah kita.” Lanjut ade yang merasa mengenali wanita beursama rizal
            “ehhh, iya, wanita itu adik kelas kita, kalau tidak salah namaya siska” tambah cici yang tidak kalah hebohnya
            “bukannya siska udah dari dulu suka dengan rizal?” gerutu devi
            “iya,, tapi kan siska sudah tau kalau Rizal udah ada yang punya” tambah Diana yang tidak mau kalah hebohnya
            “dasar,,, wanita centil, rizal juga, kok maunya jalan dengan wanita lain, sudah tahu mia membutuhkannya hari ini ” cetus cici yang amarahnya sudah naik karna tidak terima temannya diperlakukan seperti itu
            Mia tidak berkata sedikit pun, dia merasa sedikit kecewa. Mia kembali mengingat alasan Rizal tidak menemaninya. “Ah! Apa benar Rizal bohong! Atau memang ada alasan lain risal pergi dengan siska,,, aku tidak boleh berprasangka buruk!tidak boleh!tidak!” bisik mia dalam hati dengan menahan air mata yang hampir meluap.
            “kita datangi rizal saja, minta penjelasan….” Teriak devi yang berhasil membebaskan mia dari lamunan
            “ngak usah tadi…..” belum sempat mia menyelesaikan kalimatnya, teman-temanya sudah lebih dulu berlari menuju rizal dan menghiraukan perkataan mia
            Mia yang tadi belum selesai bicara menyusul temanp-temannya sebelum nanti rizal mendapat gumpalan pertanyaan dan amarah dari teman-temannya.
            “kalian ngapain berdua disini?”  teriak cici dengan nada keras
Risal sangat kaget melihat kehadiran teman-teman mia  disusul mia yang mengekor dibelkang. Belum sempat Rizal menjawab, mia lebih dahulu menjawab pertanyaanya.
            “kalian sih tadi tiba-tiba lari, tadi aku belum sempat jelasin kalian udah naik darah,, rizal itu sudah sms aku, katanya hari ini dia mau nemenin siska membeli buku, jadi kalian ngak usah marah dan berfikir yang tidak-tidak kepada rizal” Mia berusaha menjelaskan kepada teman-temannya walaupun sebenarnya dia berbohong. Mia Cuman tidak ingin melihat Rizal jelek dimata temant-temanya. Itulah sikap mia yang membuatnya disenangi para teman-temaya, dia begitu baik dan selalu berusah menyembunyikan kejelekan orang lain.
            “mia, kamu ini kenapa sih, masih saja memebela rizal” gerutu devi
            “ah kalian ini salah paham, sudahlah, jangan dipermasalahkan, ayo kita pulang” tambah Mia dengan tidak sengaja mendapati Rizal ingin mengeluarka kalimat.
            “baikalha, kalau memang tidak maslah, jangan menyesal di akhirya” jelas ade
Teman-teman mia pun menuruti keinginan mia untuk pulang. Mereka bergegas menuju mobil. belum sempat mia keluar dari tokoh, mia langsung mendapati rizal dibelakangnya.
            “mia,, aku mau bicara,,,,” kata rizal yang akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata
            “besok saja, mama sudah menunggu dirumah, udah soreh” balasku dengan nada yang sangat melemah.
            “tapi mia,,, aku,,,,,,,”
            “sudah ya, aku pulang.” Mia memotong pembicaraan Rizal.
            “mia,,,, tolong dengarin aku” teriak rizal yang berhasil menarik tangan mia
Mia tidak membalas lagi perkataan Rizal, dia melepaskan tangannya dari genggaman rizal. Dia Berlalu meninggalkan Rizal. Sepertinya  siska menyadari bahwa Mia sedang marah dan itu membuat sisaka senang karna lebih membuka peluang untuk merebut rizal.
            “sudahlah ka, cewek kayak ka mia itu tidak pantas dengan kakak, dia juga kelihatan sangat keras kepala. Beda banget dengan karakter kakak” kata siska yang kemudian mendekat kea rah rizal
            “d siska,  tolong jangan pernah lagi menjele-jelekkan mia dihadapan kakak, kakak tidak suka” balas rizal yang berusaha tenang
            “tapi ka, itu memang benar. Kak aku suka sama kak rizal, aku janji tidak akan mengecewakan kakak” timpal siska
            “maaf ya dik, kakak hanya menganggap siska itu adik kakak. Kakak hanya menyanyangi kan mia.”  Jelas rizal
            “tapi, kalau kakak memang tidak suka sama aku kenapa kakak mau jalan sama aku dan berbohong kepada kak mia?” tambah siska sedikit penasaran
            “itu karna rasa hormatku kepada kakak d’siska, dia yang memintaku untuk menemani adik, karna dia ada keperluan mendadak sehingga tidak bisa menemani adik. Kakak juga terpaksa berbohong kepada kak mia, karna kakak tahu ini tidak akan membuat dia senang. Tapi sekarang kakak menyesal, tidak seharusnya kakak berbohong kepada kak mia. Berbohong malah membuat dia sedih dan kecewa” jelas rizal dengan penuh penyesalan
            “jadi ka rizal benar-benar menyanyangi kak mia? Dan tidak pernah sayang sama aku? Air mata siska mulai berjatuhan
            “d’kak rizal sayang siska sebagai adik ngak lebih, sudah jangan nangis. Mari kakak antar pulang”
            Siska menurut begitu saja dan tidak melanjutkan pembicaraa, dia hanya sempat berkata “terimah kasih” begitu sampai dirumahnya. Sepertinya dia sangat kecewa atas pengakuan rizal terhadapnya.
            Kembali malam bercerita bersama gelap, sunyi, dan kekosongan. Terselip satu pijar yang menusuk jiwa dan menggetarkan segala keangkuhan , suara tawa kecil terdengar di ruang tamu. Tapi Mia tidak menghiraukan. Dia jug masih tidak mempedulikan hp nya yang dari tadi merengek-rengek minta di angkat. Sudah ada lebih 15 panggilan masuk dari rizal dan 4 sms masuk tapi mia belum juga berniat membukanya. Dia sedang sibuk memandang langit seakan-akan hanya langit itu yang mengerti prasaannya kini.
            Mia berdiri di depan kelasnya sambil memendang ke arah bawah, memperhatikan gerak-gerik para siswa yang baru datang sampai menuju di anak tanggak yang paling atas. Saat itu pula mia melihat sosok Rizal yang baru tiba dan akan menaiki anak tangga.  Ternyata mia menyadari bahwa rizal akan menghampirinya, tapi sebelum itu terjadi mia sudah berhasil masuk ke ruang kelas seakan-akan tidak melihat rizal. Rizal menyadari bahwa mia berusah menghindar darinya. Rizal  sangat menyesal karna perbuatannya sendiri wanita yang dia sayangi menjauhinya dan merasa bersedih.
            Saat istirahat, mia tengah duduk di bangku taman sekolah sambil menyimak buku refrensi Adam Tidak Diusir Dari Surga.
            “haiii” seorang memanggil mia dari arah belakang. Suara itu tidak asing lagi ditelinga mia. Yah. Rizal. Dia ingin begitu saja berlalu dari rizal, tapi rizal berhasil mendapati dirinya. Rizal menarik tangan mia dan berkata.
            “aku mau meluruskan soal yang kemarin” jelas rizal
Mia mengangkat wajahnya dan menatap rizal. “soal apa? Ngak ada yang perlu diluruskan. Aku ngak marah. Sudah ya zal. Aku sibuk” mencoba melepaskan tangannya dari genggaman rizal
            “HEI,,!!!!!!  Bentak rizal
            “kamu ini apa-apan zal. Aku sibuk, aku ngak punya banyak waktu ngurusin masalah ini”
“Aku tahu kamu ngak marah tapi kamu cemburu. Tolong maaf kan aku, aku menyesal telah berbohong. Aku cuman tidak ingin kamu sakit kalau aku jalan dengan siska. Tapi aku baru sadar kalau aku berbohong malah membuat kamu lebih sakit” kata rizal dengan nada yang semakin menurun
“!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Mia tak mengeluarkan kata sedikitpun, dia hanya memandang keras wajah rizal
“dan kamu , mengapa kamu berbohong dihadapan teman-temanmu? Kamu selalu seperti itu. menyembunyikan kejelekan orang lain. Apa kamu sadar. Itu akan membuat kamu lebih sakit” tambah rizal
“zal, sudahlah. Sekali lagi aku bilang aku tidak marah apalagi cemburu. Aku cuman ingin sendiri sekarang”
“maksud kamu? Kamu menyerah dari aku? Mia tolong jangan bersikap seperti ini padaku… aku sayang…………”
            “zal. Sudah. Aku sudah tidak sayang sama kamu.”
            “baik.. lihat aku. Lihat mataku. Katakana kalau kamu tidak sayang lagi sama aku” balas rizal dengan memaksa mia untuk terus menatap matanya
            “zall,, akuuuuu…………….” Mia tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Air matanya sudah terlanjur membanjirinya
            “sudahh. Jangan kamu lanjut lagi, aku tahu kamu masih sayang sama aku, jadi jangan pernah mengeluarkan kalimat itu lagi” bisikan halus rizal ditelinga mia begitu terasa. Napas hangatnya menerpa kulit mia. Selanjutnya, mia hanya pasrah ketika rizal memeluknya
            “aku sayang sama kamu, aku akan selalu berusah setia hanya kepada kamu. Karna kamu adalah pilihanku. Jadi jangan pernah menangis karna aku, karna aku akan terluka kalau itu terjadi.,” kalimat terkhir rizal itu membuat hati mia kembali sejuk dan api yang tadi membara telah padam seketika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut