Mobil Honda Jess merah yang mia
kemudikan berhenti tepat diparkiran sekolahnya. Seperti sekolah lain pada
umumnya, sebagian besar siswa SMAN 01
WATAMPONE akan masuk kelas menjelang detik-detik terakhir bel berbunyi, apalagi
sekarang masih kurang 15 menit dari on time-nya jam masuk. Beda dengan siswa
lain, Mia yang memang hoby datang lebih awal dibanding teman-temanya, lebih
senang berdiam diri di kelas membaca buku pelajaran menunggu bel berbunyi.
Namun hari ini terasa berbeda, lima
menit mia berdiam diri dikelasnya tepat diruang XI IPA1, sesuatu yang tidak mia
sangka-sangka terjadi. Rizal yang sudah enam bulan bersama Mia menghampirinya.
“hai, pagi benar, sudah sarapan? Ni
buku catatanku yang kemarin kamu pesan” Sapa Rizal sambil menyodorkan buku dan
merebahkan punggungnya di sebelah Mia.
“sudah,,,,ni liad perut udah buncit”
balasnya dengan berbohong ditemani sedikit senyuman melengkung dibibir. Mia
sudah tahu, kalau dia mengatakan yang sebenarnya dia akan mendapatkan omelan
dari Risal.
“soal bukunya, makasih banget
yaa,,,” sambung mia yang perkataanya tadi sempat terpotong.
“iya,,, aku kembali ke kelas dulu,
lima menit lagi masuk. Ingat! Kalau pelajaran berlangsung, pikirannya jangan
aku terus, focus ke pelajaran dan kembali ke Allah” jelas Rizal dengan nada
sedikit bercanda
???????? Mia terdiam menahan tawanya
“memamng iya kan, kamu kalau ngak
diperingatain,,,,,,,,!!! Sambung rizal yang segera berlari menuju ruangnya XI
IPA2, ketika melihat Mia mengambil ancang-ancang untuk memukul jidatnya.
Entah bagaimana warna wajah Mia pada
saat itu. Namun, mia tahu Rizal berhasil sedikit mempermalukannya.
Saat jam pelajaran dimulai, Asiyah
yang memang satu tempat duduk dengan Mia, melirik buku catatan Rizal yang tadi
dipinjamkan kepada Mia. “itu buku milik rizal kan,??ternyata Rizal anak yang
rajin, catatanya rapih dan besih, tulisannya juga sangat bagus. Beda banget
dengan kamu, yang catatanya hanya bisa dibaca oleh pemiliknya. Aku heran dengan
rizal, kok dia bisa suka dengan siswI yang tulisannya ngak karuan. Untung saja
otak kamu tidak sekaruan tulisan kamu” bisik asiyah dengan nada bercanda
disusul tawanya yang hampir tidak didengar.
Sepulang sekolah, untuk pertama
kalinya Mia meminta Rizal untuk mengantarkannya ke tokoh buku. Tapi sialnya
Rizal tidak bisa dengan alasan ada kegiatan pelatihan basket, kebetulan Rizal juga salah satu pemain basket
disekolahny, dia juga cukup hebat dalam permainan itu.
Walaupun Mia meras sedikit kecewa
tapi dia berusaha mengerti dengan kesibukan Rizal, dia tidak ingin mengecewakan
Rizal. Akhirnya, Mia mengajak teman-temannya untuk menemaninya. Asiyah,ade,devi,diana
dan cici yang memang teman-teman yang paling dekat dengan Mia dengan senang
hati menerima tawaraannya.
Dengan mengendarai mobil Mia, mereka
semua sudah tiba di depan tokoh buku. Mia masuk disusul dengan teman-temannya.
Setelah beberapa menit mencari buku, tiba-tiba,,,,,,,,
“mia, lihat ke sana, itu bukannya
Rizal??” tanya asiyah
“iya, tapi kok dia dengan wanita,
kalau ngak salah wanita itu siswa disekolah kita.” Lanjut ade yang merasa
mengenali wanita beursama rizal
“ehhh, iya, wanita itu adik kelas
kita, kalau tidak salah namaya siska” tambah cici yang tidak kalah hebohnya
“bukannya siska udah dari dulu suka
dengan rizal?” gerutu devi
“iya,, tapi kan siska sudah tau
kalau Rizal udah ada yang punya” tambah Diana yang tidak mau kalah hebohnya
“dasar,,, wanita centil, rizal juga,
kok maunya jalan dengan wanita lain, sudah tahu mia membutuhkannya hari ini ”
cetus cici yang amarahnya sudah naik karna tidak terima temannya diperlakukan
seperti itu
Mia tidak berkata sedikit pun, dia
merasa sedikit kecewa. Mia kembali mengingat alasan Rizal tidak menemaninya.
“Ah! Apa benar Rizal bohong! Atau memang ada alasan lain risal pergi dengan
siska,,, aku tidak boleh berprasangka buruk!tidak boleh!tidak!” bisik mia dalam
hati dengan menahan air mata yang hampir meluap.
“kita datangi rizal saja, minta
penjelasan….” Teriak devi yang berhasil membebaskan mia dari lamunan
“ngak usah tadi…..” belum sempat mia
menyelesaikan kalimatnya, teman-temanya sudah lebih dulu berlari menuju rizal
dan menghiraukan perkataan mia
Mia yang tadi belum selesai bicara
menyusul temanp-temannya sebelum nanti rizal mendapat gumpalan pertanyaan dan
amarah dari teman-temannya.
“kalian ngapain berdua disini?” teriak cici dengan nada keras
Risal
sangat kaget melihat kehadiran teman-teman mia
disusul mia yang mengekor dibelkang. Belum sempat Rizal menjawab, mia
lebih dahulu menjawab pertanyaanya.
“kalian sih tadi tiba-tiba lari,
tadi aku belum sempat jelasin kalian udah naik darah,, rizal itu sudah sms aku,
katanya hari ini dia mau nemenin siska membeli buku, jadi kalian ngak usah
marah dan berfikir yang tidak-tidak kepada rizal” Mia berusaha menjelaskan
kepada teman-temannya walaupun sebenarnya dia berbohong. Mia Cuman tidak ingin
melihat Rizal jelek dimata temant-temanya. Itulah sikap mia yang membuatnya
disenangi para teman-temaya, dia begitu baik dan selalu berusah menyembunyikan
kejelekan orang lain.
“mia, kamu ini kenapa sih, masih
saja memebela rizal” gerutu devi
“ah kalian ini salah paham,
sudahlah, jangan dipermasalahkan, ayo kita pulang” tambah Mia dengan tidak
sengaja mendapati Rizal ingin mengeluarka kalimat.
“baikalha, kalau memang tidak maslah,
jangan menyesal di akhirya” jelas ade
Teman-teman
mia pun menuruti keinginan mia untuk pulang. Mereka bergegas menuju mobil.
belum sempat mia keluar dari tokoh, mia langsung mendapati rizal dibelakangnya.
“mia,, aku mau bicara,,,,” kata
rizal yang akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata
“besok saja, mama sudah menunggu
dirumah, udah soreh” balasku dengan nada yang sangat melemah.
“tapi mia,,, aku,,,,,,,”
“sudah ya, aku pulang.” Mia memotong
pembicaraan Rizal.
“mia,,,, tolong dengarin aku” teriak
rizal yang berhasil menarik tangan mia
Mia
tidak membalas lagi perkataan Rizal, dia melepaskan tangannya dari genggaman
rizal. Dia Berlalu meninggalkan Rizal. Sepertinya siska menyadari bahwa Mia sedang marah dan
itu membuat sisaka senang karna lebih membuka peluang untuk merebut rizal.
“sudahlah ka, cewek kayak ka mia itu
tidak pantas dengan kakak, dia juga kelihatan sangat keras kepala. Beda banget
dengan karakter kakak” kata siska yang kemudian mendekat kea rah rizal
“d siska, tolong jangan pernah lagi menjele-jelekkan
mia dihadapan kakak, kakak tidak suka” balas rizal yang berusaha tenang
“tapi ka, itu memang benar. Kak aku
suka sama kak rizal, aku janji tidak akan mengecewakan kakak” timpal siska
“maaf ya dik, kakak hanya menganggap
siska itu adik kakak. Kakak hanya menyanyangi kan mia.” Jelas rizal
“tapi, kalau kakak memang tidak suka
sama aku kenapa kakak mau jalan sama aku dan berbohong kepada kak mia?” tambah
siska sedikit penasaran
“itu karna rasa hormatku kepada
kakak d’siska, dia yang memintaku untuk menemani adik, karna dia ada keperluan
mendadak sehingga tidak bisa menemani adik. Kakak juga terpaksa berbohong
kepada kak mia, karna kakak tahu ini tidak akan membuat dia senang. Tapi
sekarang kakak menyesal, tidak seharusnya kakak berbohong kepada kak mia.
Berbohong malah membuat dia sedih dan kecewa” jelas rizal dengan penuh
penyesalan
“jadi ka rizal benar-benar
menyanyangi kak mia? Dan tidak pernah sayang sama aku? Air mata siska mulai
berjatuhan
“d’kak rizal sayang siska sebagai
adik ngak lebih, sudah jangan nangis. Mari kakak antar pulang”
Siska menurut begitu saja dan tidak
melanjutkan pembicaraa, dia hanya sempat berkata “terimah kasih” begitu sampai
dirumahnya. Sepertinya dia sangat kecewa atas pengakuan rizal terhadapnya.
Kembali malam bercerita bersama gelap, sunyi,
dan kekosongan. Terselip satu pijar yang menusuk jiwa dan menggetarkan segala keangkuhan , suara tawa kecil terdengar di ruang
tamu. Tapi Mia tidak menghiraukan. Dia jug masih tidak mempedulikan hp nya yang
dari tadi merengek-rengek minta di angkat. Sudah ada lebih 15 panggilan masuk
dari rizal dan 4 sms masuk tapi mia belum juga berniat membukanya. Dia sedang
sibuk memandang langit seakan-akan hanya langit itu yang mengerti prasaannya
kini.
Mia berdiri di depan kelasnya sambil
memendang ke arah bawah, memperhatikan gerak-gerik para siswa yang baru datang
sampai menuju di anak tanggak yang paling atas. Saat itu pula mia melihat sosok
Rizal yang baru tiba dan akan menaiki anak tangga. Ternyata mia menyadari bahwa rizal akan
menghampirinya, tapi sebelum itu terjadi mia sudah berhasil masuk ke ruang
kelas seakan-akan tidak melihat rizal. Rizal menyadari bahwa mia berusah
menghindar darinya. Rizal sangat
menyesal karna perbuatannya sendiri wanita yang dia sayangi menjauhinya dan
merasa bersedih.
Saat istirahat, mia tengah duduk di
bangku taman sekolah sambil menyimak buku refrensi Adam Tidak Diusir Dari Surga.
“haiii” seorang memanggil mia dari
arah belakang. Suara itu tidak asing lagi ditelinga mia. Yah. Rizal. Dia ingin
begitu saja berlalu dari rizal, tapi rizal berhasil mendapati dirinya. Rizal
menarik tangan mia dan berkata.
“aku mau meluruskan soal yang
kemarin” jelas rizal
Mia
mengangkat wajahnya dan menatap rizal. “soal apa? Ngak ada yang perlu
diluruskan. Aku ngak marah. Sudah ya zal. Aku sibuk” mencoba melepaskan
tangannya dari genggaman rizal
“HEI,,!!!!!! Bentak rizal
“kamu ini apa-apan zal. Aku sibuk,
aku ngak punya banyak waktu ngurusin masalah ini”
“Aku
tahu kamu ngak marah tapi kamu cemburu. Tolong maaf kan aku, aku menyesal telah
berbohong. Aku cuman tidak ingin kamu sakit kalau aku jalan dengan siska. Tapi
aku baru sadar kalau aku berbohong malah membuat kamu lebih sakit” kata rizal
dengan nada yang semakin menurun
“!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Mia tak mengeluarkan kata sedikitpun, dia hanya memandang keras wajah rizal
“dan
kamu , mengapa kamu berbohong dihadapan teman-temanmu? Kamu selalu seperti itu.
menyembunyikan kejelekan orang lain. Apa kamu sadar. Itu akan membuat kamu
lebih sakit” tambah rizal
“zal,
sudahlah. Sekali lagi aku bilang aku tidak marah apalagi cemburu. Aku cuman
ingin sendiri sekarang”
“maksud
kamu? Kamu menyerah dari aku? Mia tolong jangan bersikap seperti ini padaku…
aku sayang…………”
“zal. Sudah. Aku sudah tidak sayang
sama kamu.”
“baik.. lihat aku. Lihat mataku.
Katakana kalau kamu tidak sayang lagi sama aku” balas rizal dengan memaksa mia
untuk terus menatap matanya
“zall,, akuuuuu…………….” Mia tidak
sanggup melanjutkan kalimatnya. Air matanya sudah terlanjur membanjirinya
“sudahh. Jangan kamu lanjut lagi,
aku tahu kamu masih sayang sama aku, jadi jangan pernah mengeluarkan kalimat
itu lagi” bisikan halus rizal ditelinga mia begitu terasa. Napas hangatnya
menerpa kulit mia. Selanjutnya, mia hanya pasrah ketika rizal memeluknya
“aku sayang sama kamu, aku akan
selalu berusah setia hanya kepada kamu. Karna kamu adalah pilihanku. Jadi
jangan pernah menangis karna aku, karna aku akan terluka kalau itu terjadi.,”
kalimat terkhir rizal itu membuat hati mia kembali sejuk dan api yang tadi
membara telah padam seketika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar