PERADABAN
AGAMA ISLAM PADA MASA
NABI
MUHAMMAD SAW
OLEH
KELOMPOK
2
EKONOMI
SYARIAH 6
KASMIA 01133148
SAMSUAIDIN 01133173
STAIN
WATAMPONE
TAHUN
AJARAN 2013-2014
PERADABAN AGAMA ISLAM PADA MASA
NABI MUHAMMAD SAW
A.ISLAM MASA
RASULULLAH DI MEKKAH
Nabi
Muhammad dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal, tahun gajah,
kira-kira 571 masehi. Dinamakan tahun Gajah karena pada waktu kelahiran beliau,
ada seorang gubernur dari keraan Nasrani Abisinia yang memerintah di Yaman
bermaksud menghancurkan Ka’bah dengan bala tentaranya yang mengendarai Gajah.
Belum tercapai tujuannya tentara tersebut, Allah telah menghancurkan mereka
dengan mengirimkan burung Ababil. Karena pasukan itu menggunakan Gajah, maka
tahun tersebut dinamakan tahun Gajah. Beliau lahir tidak jauh dari ka’bah. Ayahnya
Abdullah meninggal dunia ketika beliau masih dalam kandungan, sementara ibunya
Aminah wafat sewaktu ia berusia 6 tahun. Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya
selama dua tahun, dan ia diasuh oleh pamannya Abu Thalib
Ketika
Nabi Muhammad berusia 25 tahun, beliau berangkat ke Siria membawa barang
dagangan seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah.
Dalam perdagangan ini, Nabi Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah
kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan pernikahanpun segera
dilaksanakan. Ketika itu Khadijah berumur 40 tahun. Dalam perkembangan
selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama masuk Islam dan banyak membantu
Nabi Muhammad dalam perjuangan menyebarkan Islam.
Disamping tidak pernah berbuat dosa (ma’shum), nabi
Muhammad SAW juga selalu beribadah dan berkhalwat di gua Hira. Sehingga pada
tanggal 17 Ramadhan, beliau menerima wahyu pertama kali yaitu surat Al-Alaq
ayat 1-5. Pada saat itu pula Nabi dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan
Allah SWT kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya. Ini
terjadi menjelang usia Rasulullah yang ke 40 tahun. Setelah sekian lama wahyu
kedua tidak muncul, timbul rasa rindu dalam dada Rasulullah SAW. Akan tetapi
tak lama kemudian turunlah wahyu yang kedua yaitu surat al-Mudatsir ayat 1-7.
Dengan turunnya surat tersebut mulailah Rasulullah berdakwah.
1.
PENYIARAN
ISLAM SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Ketika
wahyu pertama turun, Nabi belum diperintah untuk menyeru umat manusia menyembah
dan mengesakan Allah SWT. Jibril tidak lagi datang untuk beberapa waktu
lamanya. Pada saat sedang menunggu itulah kemudian turun wahyu yang kedua (Qs.
Al-Mudatstsir:1-7) yang menjelaskan akan tugas Rasulullah SAW yaitu menyeru
ummat manusia untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Dengan perintah
tersebut Rasulullah SAW mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah
pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama yang
beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin Abi
Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang dijadikan anak
angkat). Setelah itu beliau menyeru Abu Bakar (sahabat karib Nabi). Kemudian
dengan perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.
2.
MENYIARKAN
ISLAM SECARA TERANG-TERANGAN
Penyiaran
secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun, sampai kurun waktu
berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika
wahyu tersebut beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul dibukit
Safa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azap yang keras di kemudian hari
(Hari Kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai tuhan Yang
Maha Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya.
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah
secara rahasia. Kemudian turunlah firman Allah SWT, surat Al-Hijr:94 yang
memerintahkan agar Rasulullah berdakwa secara terang terangan. Pertama kali
seruan yang bersifat umum ini beliau tujukan pada kerabatnya, kemudian penduduk
Makkah baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Setelah itu pada
kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Makkah untuk
mengerjakan haji. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama
Islam. Demikianlah perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat untuk meyakinkan
orang Makkah bahwa agama Islamlah yang benar dan berasal dari Allah SWT, akan
tetapi kebanyakan orang-orang kafir Qurais di Mekkah menentang ajaran Nabi
Muhammad SAW tersebut. Banyak hal yang dilakukan para pemimpin Quraisy untuk
mencegah dakwah Nabi. Kekejaman yang dilakukan oleh peduduk Mekkah terhadap
kaum muslimin mendorong Nabi SAW untuk mengungsikan sahabat–sahabatnya keluar
Makkah.
Sehingga pada tahun ke 5 kerasulan Nabi Muhammad SAW
menetapkan Habsyah (Etiophya) sebagai negeri tempat untuk mengungsi, karena rajanya
pada saat itu sangat adil. Ditengah-tengah sengitnya kekejaman itu dua orang
kuat Quraisy masuk Islam yaitu Hamzah dan Umar bin khattab sehingga memperkuat
posisi umat Islam. Hal ini memperkeras reaksi kaum Quraisy Mereka menyusun
strategi baru untuk melumpuhkan kekuatan Muhammad SAW yang bersandar pada
perlindungan Bani Hasyim.
Cara yang ditempuh adalah pemboikotan. Mereka
memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Persetujuan dilakukan dan
ditulis dalam bentuk piagam dan disimpan dalam ka’bah. Akibatnya Bani Hasyim
mengalami kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Hal ini
terjadi pada tahun ke –7 ke Nabian dan berlangsung selama 3 tahun yang
merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam. Pemboikotan ini
berhenti setelah para pemimpin Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang
terlalu.
Selang beberapa waktu Abu Thalib meninggal Dunia,
tiga hari kemudian istrinya, Siti Khodijah pun wafat. Tahun itu merupakan tahun
kesedihan bagi Nabi (Amul Huzni). Sepeninggal dua orang pendukung tersebut kaum
Quraisy tak segan–segan melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut
Nabi berusaha menyebarkan Islam keluar kota, namun Nabi malah di ejek, di sorak
bahkan dilempari batu hingga terluka di bagian kepala dan badan. Untuk
menghibur Nabi, maka pada tahun ke –10 keNabian, Allah mengisra’mi’rajkannya.
Berita ini sangat menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir hal itu dijadikan
sebagai propaganda untuk mendustakan Nabi, namun bagi umat Islam itu merupakan
ujian keimanan.
Setelah peristiwa ini dakwah Islam menemui kemajuan,
sejumlah penduduk Yastrib datang ke Makkah untuk berhaji, mereka terdiri dari
suku Khozroj dan Aus yang masuk Islam dalam tiga golongan :
1) Pada
tahun ke –10 keNabian. Hal ini berawal dari pertikaian antara suku Aus dan
Khozroj, dimana mereka mendambakan suatu perdamaian.\
2) Pada
tahun ke -12 ke-Nabian. Delegasi Yastrib (10 orang suku Khozroj, 2 orang Aus serta
seorang wanita) menemui Nabi disebuah tempat yang bernama Aqabah dan melakukan
ikrar kesetiaan yang dinamakan perjanjian Aqabah pertama. Mereka kemudian
berdakwah dengan ini di temani seorang utusan Nabi yaitu Mus’ab bin Umar.
3) Pada
musim haji berikutnya. Jama’ah haji Yastrib berjumlah 73 orang, atas nama
penduduk Yastrib mereka meminta Nabi untuk pindah ke Yastrib, mereka berjanji
untuk membelah Nabi. Setelah mengetahui perjanjian tersebut, orang kafir
Quraisy melakukan tekanan dan intimidasi secara lebih gila lagi terhadap kaum
muslimin. Adapun cara-cara yang dilakukan orang Quraisy dalam melancarkan
permusuhan terhadap Rasulullah SAW dan pengikutnya sebagai berikut:
a) Mengejek,
menghina dan menertawakan orang-orang Muslim dengan maksud melecehkan kaum muslimin.
b) Mengejek
ajaran Nabi, membangkitkan keraguan, menyebarkan anggapan-anggapanyang
menyangsikan ajaran Nabi.
c) Melawan
Al-Qur’an dengan dongeng-dongeng orang-orang terdahulu.
d) Menyodorkan
beberapa tawaran pada orang Islam yang mau menukar keimanannya dengan
kepercayaan orang kafir Quraisy.
B.RASULULLAH SAW MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM DI
MADINAH
Setiap
musim haji tiba, banyak kabilah yang datang ke Mekah. Begitu juga nabi Muhammad
SAW. Dengan giat menyampaikan dakwah islam. Diantara Kabilah yang menerima
Islam adalah Khajraj dari Yatrib (Madinah). Setelah kembali ke negerinya,
mereka mengabarkan adanya Nabi terakhir.
Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang
Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat
ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada
nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh
anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal
dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di
bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya
terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.6
Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah.
Lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya,
menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari
(Syalaby,1997:117-119).
Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi
diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah. Sehingga disamping sebagai kepala/
pemimpin agama, Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala pemerintahan / Negara
Islam. Kemudian, tidak beberapa lama orang-orang Madinah non Muslim
berbondongbondong masuk agama Islam.
Peradaban
Islam pada masa Rasulullah SAW yang paling dasyat dan fenomenal adalah
perubahan sosial. Suatu perubahan yang mendasar dari masa kebobrokan moral
menuju moralitas manusia yang beradab. Peradaban pada masa Rasulullah SAW
dilandasi dengan asas-asa yang diciptakan sendiri oleh Rasulullah SAW di bawah
bimbingan wahyu yaitu Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Mendirikan
Masjid
Setelah agama Islam datang
Rasulullah SAW mempersatukan seluruh suku-suku di Madinah dengan jalan
mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan diberi nama
masjid “Baitullah”. Dengan adanya masjid itu, selain dijadikan sebagai tempat
peribadatan juga dijadikan sebagai tempat pertemuan, peribadatan,
mengadiliperkara dan lain sebagainya.
2) Mempersaudarakan
antara Anshor dan Muhajirin
Orang-orang Muhajirin datang ke
Madinah tidak membawa harta akan tetapi membawa keyakinan yang mereka anut.
Dengan itu Nabi mempersatukan golongan Muhajirin dan Anshor tersebut dalam
suatu persaudaraan dibawah satu keyakinan yaitu bendera Islam
3) Perjanjian
bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim
Setelah Nabi resmi menjadi penduduk
Madinah, Nabi langsung mengadakan perjanjian untuk saling bantu-membantu atau
toleransi antara orang Islam dengan orang non Islam. Selain itu Nabi mengadakan
perjanjian yang berbunyi “kebebasan beragama terjamin buat semua orang-orang di
Madinah”.
4) Melaksanakan
dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Dengan terbetuknya masyarakat baru
Islam di Madinah, orang-orang kafir Quraisy bertambah marah, maka terjadi
peperangan yang pertama yaitu perang Badar pada tanggal 8 Ramadlan, tahun 2 H.
Kemudian disusul dengan perang yang lain yaitu perang Uhud, Zabit dan masih
banyak lagi. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada
tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara
lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri dengan
baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih
banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur
organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai
daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain. Lalu 2 bulan kemudian
Nabi jatuh sakit, kemudian ia meninggal pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal 11 H
atau 8 Juni 632 M (Yatim,1998:27-33). Dengan terbentuknya negara Madinah Islam
bertambah kuat sehingga perkembangan yang pesat itu membuat orang Makkah risau,
begitu juga dengan musuh–musuh Islam.
Untuk menghadapi
kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW sebagai kepala
pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
Banyak hal yang
dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota
Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah
di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih
kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan
mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk
agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin
sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan
Quraisy. Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat
mengatasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar