RESUME FILSAFAT UMUM
MATERI
1
OBJEK DAN METODE
FILSAFAT
A. Objek Filsafat
1. Pengertian Objek Filsafat
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahwa dari suatu
penelitian atau pembentukan pengetahuan.Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai
objek,yang dibedakan menjadi dua,yaitu objek material dan objek formal.
Isi filsafat
ditentukan oleh objek apa yang dipIkirkan.
Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada.
”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitumeliouti
segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia.
Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia
sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari
keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa
objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan formal. Objek
material ini banyak yang sama dengan objek material sains.
1. Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis
besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok, yakni:
1.
Hakekat Tuhan
2.
Hakekat Alam, dan
3.
Hakekat Manusia.
Objek Material adalah objek yang di jadikan sasaran
menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu.
Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Objek material dari filsafat ad beberapa istilah dari pada
cendikiawan, namun semua itu sebenarnya tidak ad yang bertentangan,
Mohammad Noor Syam berpendapat, ‘Parah ahli membedakan bahwa
objek filsafat itu atas objek material dan objek material filsafat; segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
2.
Objek formal filsafat ialah
usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya
sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
Objek formal adalah sudut pandang
dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.Objek formal filsafat ilmu
adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebihmenaruh
perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat
ilmupengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu
itu bagimanusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan
ilmu pengetahuanyakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologi.
B. Metode Filsafat
Istilah metode berasal
dari kata Yunani, methodeuo
yang berarti mengikuti jejak atau mengusut, menyelidiki dan meneliti yang
berasal dari kata methodos dari
akar kata meta (dengan) dan hodos (jalan). Dalam hubungan dengan
suatu upaya yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja yang teratur dan
sistematis yang digunakan untuk memahami suatu objek yang dipermasalahkan, yang
merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode yang benar dan tepat akan
menjamin kebenaran yang diraih.
Oleh karena itu, setiap
cabang ilmu pengetahuan harus mengembangkan metodologi yang sesuai dengan objek
studi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ini merupakan suatu keharusan karena
sesungguhnya tidak ada satu metode yang cocok digunakan bagi semua bidang ilmu
pengetahuan. Filsafat pun memiliki metode sendiri, namun harus ditegaskan pula
bahwa filsafat sesungguhnya tidak memiliki metode tunggal yang digunakan oleh
semua filsuf sejak zaman purba hingga sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa
jumlah filsafat adalah sebanyak jumlah filsufnya. Sangat banyak metode filsafat
yang digunakan oleh para filsuf dari dahulu sampai sekarang ini.
1. Metode Zeno : Reductio ad Absurdum
Memang
Zeno dikenal sebagai seorang pemikir jenius yang berhasil mengembangkan metode
untuk meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan premis-premis lawan, yang
caranya ialah mereduksikannya menjadi suatu kontradiksi sehingga konklusinya
pun menjadi mustahil ( reduction ad
absurdum ).
2. Metode Sokrates : Maieutik Dialektis Kritis
Induktif
Bagi Sokrates, kebenaran objektif yang hendak digapai
bukanlah semata-mata untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang
abstrak, tetapi justru untuk meraih kebajikan karena, menurut Sokrates,
filsafat adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak
lewat tingkah laku manusianyang pantas, yang baik dan terpuji. Untuk menggapai
kebenaran objektif itu, Sokrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada
suatu keyakinan yang amat erat digenggamnya.
3.
Metode
Plato : Deduktif Spekulatif Transendental
Plato memusatkan perhatiannya pada pada bidang yang amat
luas, yaitu mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Dari berbagai ilmu pengetahuan
yang diminatinya itu, eksaktalah bidang ilmu yang memperoleh tempat istimewa.
Pada umumnya para ahli membagi dialog-dialog Plato ke dalam tiga periode :
1) periode dialog-dialog awal, disebut juga
sebagai oeriode penyelidikan (inquiry)
2) periode dialog-dialog pertengahan, disebut
juga sebagai periode spekulasi/pemikiran (speculation).
3) periode dialog-dialog akhir, disebut juga
sebagai periode kritisisme, penilaian dan aplikasi (critism, appraisal, and
application).
Inti dan dasar dari seluruh filsafat Plato ialah
ajaran-ajaran tentang ide-ide. Plato percaya bahwa ide yang tertangkap oleh
pikiran lebih nyata daripada objek-objek material yang terlihat oleh mata.
Hanya ide yang merupakan realitas yang sesungguhnya dan abadi
MATERI 2
ISI DAN ARTI FILSAFAT
Filsafat
merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat berasal dari bahasa
Yunani, Philosophia. Philein berarti
cinta, mencintai, philos yang berarti
pencinta sedangkan shophia berarti
kebijaksanaan/hikmat. Secara etimologi, filsafat ialah cinta akan
kebijaksanaan. Cinta adalah hasrat yang besar/berkobar-kobar/yang
sungguh-sungguh. Kebijaksanaan adalah kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya.
Filsafat
itu keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati. Berikut ini merupakan
pengertian filsafat menurut beberapa ahli :
1. Prof. Dr. Harun Nasution,
kata filsafat yang banyak terpakai dalam Bahasa Indonesia bukan berasal dari
Bahasa Arab (falsafah) bukan pula dari bahasa Barat (philoshopia). Secara
terminologi, filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu yang biasa, yang
berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
2. Menurut Katsoff,
filsafat adalah berpikir secara kritis, berpikir secara sistematis,
menghasilkan sesuatu yang runtun, berfikir secara komperhensif (keseluruhan).
3. Poedjawijatna
mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab
yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
4. Plato menyatakan
bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.
5. Aristoteles,
filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang bergabung di dalamnya
metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.
Filsafat
terdiri dari tiga cabang besar, yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1.
Ontologi
Ontologi sering disebut dengan teori hakikat. Teori
hakikat membicarakan pengetahauan itu sendiri. Ontologi yaitu cabang filsafat
yang membicarakan atau memikirkan objek-objek secara mendalam sampai ke
hakikatnya. Pertanyaan yang muncul di dalam ontologi yaitu “Apa ?”. Adapun
aliran di dalam ontologi :
a) Logika
Logika membicarakan
norma-norma berpikir yang benar agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang
benar. Din dalam logika terdapat kesimupalan yang tepat.
b) Etika
Etika yaitu teori
tentang nilai benar-buruk.
1) Islam
: Etika terdiri dari 5. Wajib disejajarkan baik sekali, sunah disejajarkan
dengan baik, mubah disejajarkan dengan netral dan makruh disejajarkan dengan
buruk serta haram disejajarkan dengan buruk sekali.
2) Hedonisme
: Sesuatu dianggap baik bila mengandung kepuasan.
3) Vitalisme
: Baik-buruk ditentukan oleh ada atau tidak adanya kekuatan hidup yang dikandung
oleh objek yang dinilai. Misalnya, manusia yang kuat, cerdas, ulet adalah
manusia yang baik.
4) Utilitarianisme
: Yang baik adalah yang berguna. Harus mempertimbangkan jumlah kenikmatan
dikurangi jumlah penderitaan tentang hasil perbuatan. Menanggung derita dalam
melakukan kebaikan adalah tidak baik.
c) Estetika
Estetika berarti
keindahan. Baik sama artinya dengan indah. Namun, terdapat perbedaan dalam
penggunaannya. “Baik” digunakan untuk menunjukkan perbuatan sedangkan “indah”
lebih merujuk kepada seni.
2.
Epistemologi
Epistemologi
disebut juga sebagai teori pengetahuan. Teori pengetahuan membicarakan cara
memperoleh pengetahuan. Pertanyaan yang muncul di dalam ontology yaitu
“bagaimana ?”. Adapun aliran dari
epistemologi :
a) Empirisme
Empirisme berarti
berdasarkan pengalaman. Manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan
pengalamannya. Yang ditekannkan di dalam empirisme ialah indera. Indera adalah
sumber pengalaman. Misalnya, kita mengetahui gula itu manis karena kita pernah
mengecapnya.
b) Rasionalisme
Akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur oleh akal.
Rasionalisme tidak mengingkari indera. Indera digunakan untuk merangsang akal
dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.
c) Positivisme
Terukur, menggunakan
alat bantu untuk mendukung kebenaran-kebenaran yang diperoleh dari bukti
empiris. Kekurangan indera dapat dikoreksi dengan eksperimen. Eksperimen
memerlukan ukuran-ukuran yang jelas seperti neraca, meteran dan sebagainya.
d) Intuisionisme
Intusi berarti menangkap
objek secara langsung tanpa pemikiran atau pengetahuan diperoleh dengan proses
berfikir yang tidak disadari.
3.
Aksiologi
Aksiologi
disebut juga dengan teori nilai. Teori nilai membicarakan tujuan dari
pengetahuan. Pertanyaan yang muncul di dalam aksiologi ialah “Untuk apa” ?.
Kegunaan filsafat:
a) Filsafat
sebagai kumpulan teori.
Singkatnya, apabila
kita ingin turut andil dalam membangun atau member corak terhadap dunia, bagi
dari segi kebudayaan, ekonomi, politik, sosial dan sebagainya, maka kita harus
mempelajari teorinya terlebih dahulu. Kita harus mempelajari teorinya terlebih
dahulu sebelum melakukan praktek.
b) Filsafat
sebagai pandangan hidup
Kalau agama dijadikan
sebagai pedoman hidup, begitu pula dengan filsafat. Dengan filsafat kita dapat
membedakan yang baik dan buruk.
c) Filsafat
sebagai metode pemecahan masalah
Bila cara yang
diguanakan amat sederhana biasanya masalah tidak akan selesai secara tuntas.
Penyelesaian yang sulitlah yang bisa menyelesaikan masalah secara tuntas.
Filsafat sebagai metode pemecahan masalah artinya berusaha memecahkan masalah
dengan cara berfikir secara mendalam dan seluas-luasnya.
MATERI 3
PEMBIDANGAN FILSAFAT
Pembidangan
filsafat menurut obyek material dan obyek formal
Menurut ungkapan archi j bahm no problem
, no scince, ini seolah sederhana namun padat akan makna . dari ungkapan ini
kita bisa mengetahui bahwa sahnya ilmu ilmu pengetahuan muncul dari adanya
permasalahan tertentu. Ilmu pengetahuan menurut bahm, di peroleh dari pemecahan
suatu masalah keilmuan. Tidak ada masalah, berarati tidak ada solusi. obyek
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: obyek material dan obyek formal.
1.
Pembidangan
filsafat menurut obyek material
Yang disebut obyek
material adalah sasaran material suatu penyelidikan suatu penyelidikan
pemikiran atau penelitian ilmu. Sedangkan menurut surajiyo dkk. Obyek materal
dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Obyek material mencangkup apa saja,baik yang konkret maupun yang
abstrak,yang material maupun non material.
Istilah obyek material
sering juga di sebut pokok persoalan (subyek matter) pokok persoalan ini diberikan atas dua arti, yaitu:
a.
Pokok persoalan
ini dapat di maksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan faktual.
Misalnya penyelidikan tentang chlorophyl termaksud penelitian bidang botani
atau bio-kimia dan sebagainya.
b.
Dimaksudkan
sebagai suatu kumpulan prtanyaan pokok yang saling berhubungan. Misalnya:
anatomi danfisiologi keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi
mempelajari fungsinya. Keduanya ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok
persoalan yang sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaan ini dapat
diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang di ajukan dan
aspek-aspek yang diselidiki dari tubukh tersebut. Anatom mempelajari tubuh
dalam aspeknya yang statis, sedangkan
fisiolgi dalam aspeknya yang dinamis.
2.
Pembidangan
menurut obyek formal
Pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap
menurut segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang.
Obyek formaldiartikan juga sebagai sudut padang yang ditunjukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau sudut pandang dari mana obyek
material itu disorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan
ilmu tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang –bidang lain. Suatu
obyek dapat di tinjau dari berbagai
sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda.
3.
Perbedaan objek
materi dan objek formal filsafat
Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang
menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang
diselidiki di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa
saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Sedangkan objek formal
filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu di indrawik saja, melangkan
seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
MATERI 4
FILSAFAT SEBAGAI ILMU
PENGETAHUAN
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan
a. Ilmu
Ilmu berasal
dari bahasa arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman
yang
berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa
Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata
Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme
(pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998)
Ilmu didapatkan melalui hal-hal yang ilmiah dan berstruktur
dengan melalui pengkajian pengetahuan dari hal-hal yang kita lihat dan kita rasakan dengan panca indra.
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui, penalaran yang bersifta pribadi atau kelompok yang belum
disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji.
c. Ilmu
pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang
hal yang diselidiki (alam, agama, dan manusia) sejauh yang dapat dijangkau daya
pikir yang dibantu dengan indra manusia, yang kebenarannya diuji secara empiris,
riset, dan eksperimental.
d. Filsafat
ilmu pengetahuan
Filsafat
ilmu pengetahuan adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu,
khususnya yang berkenaan dengan metodenya dan kedudukannya di dalam skema umum
disiplin ilmu.
B. Objek Ilmu Pengetahuan
Objek ilmu
pengetahuan menurut Poedjawijatna (1983) menyatakan bahwa objek Ilmu
Pengetahuan bisa dibedakan antara objek material dan objek formal.
a.
Objek Material
Objek
Material, adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya secara umum.
b.
Objek Formal
Objek formal,
adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek
formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu
lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa
hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fungsi ilmu itu bagi manusia.
c.
Perbedaan Objek Material dan Objek Formal
Objek
material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas
pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang
nyata maupun yang abstrak.
C. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran adalah soal kesesuaian
antara apa yang telah diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang
sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan
dengan kenyataan sebagaimana adanya. Secara umum orang merasa bahwa tujuan
pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran. Problematik mengenai kebenaran
merupakan masalah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya ilmu filsafat.
Arti secara verbal kebenaran menurut
Aristoteles sudah cukup tepat. Ia mendefinisikan kebenaran adalah soal
kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang
sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan
dengan kenyataan sebagaimana adanya.
Kebenaran dpaat dibagi dalam 3 jenis
menurut telaah dalam filsafat ilmu, yaitu:
1. Kebenaran epistemologikal, adalah
kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia.
2. Kebenaran ontologikal, adalah
kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala seasuatu yang ada
maupun diadakan.
3. Kebenaran semantikal, adalah
kebenaran yang teradapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
D.
Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Adapun hubungan antara filsafat dan
ilmu penegtahuan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan.
Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan
berkembang.
2. Filsafat membantu ilmu pengetahuan
untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya.
Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah
harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus
dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif
(dapat dimengerti secara intersuyektif).
MATERI 5
MASALAH ILMU PENGETAHUAN
ARTI
ILMU PENGETAHUAN
Dalam konteks, sementara ahli menyebut “ilmu” dan sementara lainnya “ilmu
pengetahuan”. Secara kefilsafatan, boleh jadi mana yang tepat “ilmu
pengetahuan” ataukah “ilmu”, bukan masalah serius. Karena filsafat memandang
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang benar menurut cara pandang tertentu, metoda
dan sistem tertentu. Jadi, jelas bahwa di dalam ilmu terkandung pengetahuan,
tetapi tidak sebaliknya.
Masalah-Masalah
Dalam Filsafat Ilmu
Problem-problem estetis tentang ilmu :
1. Problem
Epistemologi dan metodolog, Di tengah maraknya kemajuan technoscience yang
sangat spektakuler masalah landasan epistemology dalam metodologis mempunyai
kedudukan yang sentral dan strategis.
2.
Problem-problen Etika Ilmu Pengetahuan, Problem etika ilmu pengetahuan disini
yakni menyangkut bagaimana penerapan dari pada ilmu pengetahuan dan teknologi
apa yang seharusnya dikerjakan/tidak dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan dan
martabat manusia. Dan disinilah tanggung jawab etis bagi penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena kedua hal tersebut mempunyai pengaruh pada
proses perkembangan.
3.
Problem-problem etis tentang ilmu
Adapun persoalan atau problem dalam
estetis ini antara lain:
- Pengertian dari estetika
- Munculnya teori-teori tentang
estetika
- Munculnya bagian-bagian baru dalam
estetika
Adapun
masalah-masalah yang berada dalam lingkup filsafat ilmu adalah (Ismaun)
:
1. masalah-masalah
metafisis tentang ilmu
2. masalah-masalah
epistemologis tentang ilmu
3. masalah-masalah
metodologis tentang ilmu
4. masalah-masalah
logis tentang ilmu
5. masalah-masalah
etis tentang ilmu
6. masalah-masalah
tentang estetika
Tiga Masalah Utama Filsafat
Di dalam filsafat, terdapat tiga masalah utama, yakni: masalah
keberadaan termasuk masalah kenyataan, masalah pengetahuan termasuk masalah
kebenaran dan masalah nilai. Masalah pertama dikaji dalam cabang filsafat yang
disebut metafisika. Masalah kedua dikaji dalam cabang filsafat yang disebut
epistemology, dan masalah ketiga dikaji dalam cabang filsafat yang disebut
aksiologi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problematika filsafat
pendidikan akan selalu timbul dan ide-ide filosofis, baik yang menyangkut
masalah realitas, pengetahuan, maupun masalah nilai. Sebagaimana kita ketahui
ada banyak aliran atau filsuf yang memiliki konsepsi tentang realitas,
pengetahuan dan nilai sebagaimana tercermin dalam bagan berikut:
Filsafat
Pendidikan
1. Filsafat Pendidikan (Problema-problema pendidikan)
2. Filsafat Pendidikan (Ide-ide
filosofis)
Masalah
Utama Filsafat
1. Keberadaan (kenyataan)
Metafisika
2. Pengetahuan (kebenaran) Epistemologi
3. Nilai Aksiologi.
Masalah
Pengetahuan
Masalah pengetahuan termasuk masalah kebenaran juga menjadi salah satu
masalah utama filsafat. Apakah hakekat pengetahuan itu? Bagaimana kita (umat
manusia) dapat mernperoleh pengetahuan? Pandangan epistemologis antara lain
akan menjawab bahwa pengetahuan manusia diperoleh lewat kerjasama antara subyek
yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Pengetahuan manusia tidak mungkin ada
tanpa salah satunya, sehingga pengetahuan manusia selalu suhyektif-obyektif
atau obyektif-subyektif.
Masalah
Nilai
Masalah
Nilai, baik nilai kebaikan (etika), maupun nilai keindahan (estetika) juga
menjadi salah satu bagian utama filsafat. Apakah nilai itu absolut ataukah
relatif? Dalam filsafat pendidikan, masalah nilai merupakan bagian yang sangat
penting, karena dalam pendidikan, bukan hanya menyangkut transfer pengetahuan,
melainkan juga menyangkut penanaman nilai-nilai.
MATERI 6
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
MENURUT SEJARAH BERFILSAFAT
A.
Filsafat
Pada Masa Yunani Kuno
Yunani kuno
adalah peradaban dalam sejarah yunani yang dimulai dari periode yunani arkais
pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, sehingga berakhirnya zaman kuno dan dimulainya
abad pertengahan awal. Peradaban ini mencapai puncaknhya pada periode yunani
klasik, yang mulai berkembang pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Peradaban yunani
kuno juga sangat berpengaruh pada bahasa, politik, system pendidikan, filsafat,
ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa Barat, dan bangkit kembali pada
masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa dan Amerika.
Periode yunani
kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Periode ini ditanmdai dengan
munculnya para ahli piker alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada
apa yang diamati sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang
gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir). Mereka mencaari
asas yang pertama dari alam semesta yang sifatnya mutlak yang berada
dibelakangsegala sesuatu yang serba berubah. Filosof tersebut diantaranya:
1.
Thales (625-545 SM)
Thales
berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air. Dia mengembangkan
filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur
komposisi dari alam semesta. Sebagai ilmuan dia mempelajari magnetisme dan
listrik yang merupakan pokok soal fisika.
2.
Socrates (470 SM – 399 SM)
Socrates (470 SM
– 399 SM) adalah filsuf dari Athena, yunani dan merupakan salah satu figure
paling penting dalam tradisi filosofis barat. Dia merupakan generasi pertama
dari tiga ahli filsafat besar dari yunani, yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Karena itu Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau
filsafat moral dan juga filsafat secara umum.
3.
Plato (428-348 SM)
Plato adalah
filsuf besar Yunani dan ilmuan spekulatif yang menegaskan bahwa filsafat atau
ilmu merupakan pencarian perekaan (spekulatif) tentang seluruh kebenaran.
4.
Aristoteles
Aristitoles
lebih memahami ilmu sebagai pengetahuan demonstratif, tentang sebab-sebab utama
segala hal. Ilmu ini bersifat teoretis, praktis, dan produktif, semuanya dalam
kesatuan utuh. Aristitoles mempelajari berbagai ilmu antara lain; biologi,
psikologi, dan politik.
B.
Filsafat
Pada Abad Pertengahan
Filsafat abad
pertengahan lazim disebut filssafat Scholastik. Filsafat abad pertengahan
(476-1496 M) dapat dikatakan sebagai abad gelap, karena pendapat ini didasarkan
pada pendekatan sejarah gereja. Pada saat itu, tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi mendapatkan
kebebasan untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Para ahli fikir pada saat
itu tidak memiliki kebebasan berfikir. Pada abad ini apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang itu akan
mendapatkan hukuman yang berat. Filosof pada masa ini diantaranya:
1.
Agustinus (354-430)
Tentang Tuhan
dan manusia, tentang teori pengetahuan. Agustinus juga berpendapat tentang
jiwa, jiwa bersifat immortal karena kebenaran adalah abadi. Tentang moral, iman
berarti patuh kepada peraturan Tuhan, tetapi iman harus dibuktikan dengan
perubahan dalam tata hidup.
2.
Thomas Aquinas
Dia membahas
tentang teologi alam selalu bergerak, tentang kosmologi, tentang teori
pengetahuan, dan tentang etika.
C.
Zaman
Modern
Pada masa ini muncul
banyak aliran pemikiran filsafat yang berkembang seperti:
1.
Rasionalisme
Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk
memperoleh pengetahuan karena suatu pengetahuan dapat diperoleh dengan cara
berfikir.
2.
Empirisme
Aliran empirisme
beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya dapat
diperoleh lewat indera dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan.
3.
Kritisme
Aliran kritisme
beranggapan bahwa diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar
dengan ilmu pengetahuan alam. Dan jalannya yaitu dengan pemikiran yang kritis
pada setiap gejala-gejala, karena itu dibutuhkan sebuah analisis.
4.
Idealisme
Idealism adalah
suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut aliran idealism segala peristiwa
didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat tertentu terpenuhi.
5.
Positivisme
Aliran filsafat
yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar atau kenyataan
dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
6.
Materialisme
Aliran filsafat
materialism memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah materi belaka.
7.
Pragmantisme
Aliran
pragmantisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang
bermanfaat secara praktis.
8.
Fenomenologi
Fenomenologi
berasal dari kata fenomen yang berarti gejala, yaitu suatu hal yang tidak
nyata. Suatu gejala tidak harus diamati oleh indera karena gejala juga dapat
dilihat secara batiniah dan tidak harus berupa kejadian-kejadian.
D.
Filsafat
Dewasa Ini
Filsafat pada
dewasa ini memiliki perkembangan yang segnifikan dengan banyaknya muncul
aliran-aliran baru atau aliran-aliran yang merupakan kelanjutan aliran yang
telah berkembang pada zaman modern, seperti neo-thomisme, neo-marxisme.
Demikian, sebagian aliran-aliran filsafat yang berkembang sampai saat ini.
Pemikiran-pemikiran para filsuf dalam berbagai alirannya ini, sedikit banyaknya
telah mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, termasuk teori-teori
dalam pendidikan.
MATERI 7
NILAI FILSAFAT BAGI
ILMU PENGETAHUAN
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat dapat dijabarkan dari
perkataan “philosopia”. Kata “philos” berarti cinta dan kata “sopos” berarti
kebijaksanaan/pengetahuan yang mendalam. Perkataan ini berasal dari bahasa
Yunani yang berarti: “Cinta Akan Kebijaksanaan” (Love Of Wisdom).
Sudut praktis yang sesungguhnya
mengenai arti dan nilai hidup itu, arti dan nilai manusia itu. Dengan demikian,
dapat diberikan definisi filsafat sebagai berikut
`Filsafat adalah
pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab yang pertama atau prinsip-prinsip yang
tertinggi dari segala sesuatu yang dicapai oleh akal budi manusia`
Dari definisi tersebut,
jelas yang menjadi objek materialnya (lapangannya) ialah segala sesuatu yang
dipermasalahkan filsafat. Sedangkan objek formalnya (sudut pandangnya) ialah
mencapai sebab-sebab yang terdalam dari segala sesuatu, sampai kepada penyebab
yang tidak disebabkan , ada yang disebabkan, ada yang mutalk ada, yaitu
penyebab pertama (causa prima) ialah Allah itu sendiri.
Mengenai “ada” yang tidak
mutlak adalah segala ciptaan Tuhan, sewaktu-waktu bisa punah di muka bumi ini
apabila sudah ada saatnya sesuai dengan hukum alamatau hukum Allah
(sunnatullah).
2. CABANG-CABANG FILSAFAT
1.
Epistemologi, yaitu menyoroti dari sudut sebab
pertama, gejala pengetahuan dan kesadaran manusia.
2.
Kritik ilmu, adalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas filsafat.
3.
Ontologi, sering disebut metafisika umum
atau filsafat pertama adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu ”ada”.
4.
Teologi Metafisik, membicarakan filsafat ke-Tuhan-an
atau Logos (ilmu) tentang theos (Tuhan)
menurut ajaran dan kepercayaan.
5.
Kosmologi, membicarakan
tentang kosmos atau alam semesta hal ihwal dan
evolusinya. Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras, plato dan ptolemeus.
6.
Antropologi, berkaitan
dengan filsafat manusia mempelajari manusia sebagai
manusia, menguraikan apa atau siapa
manusia menurut adanya yang terdalam, sejauh bisa diketahui mulai dengan akal budinya yang murni.
7.
Etika, atau filsafat
moral adalah bidang filsafat yang mempelajari tindakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat
lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya.
8.
Estetika, sering juga
disebut filsafat keindahan (seni), adalah cabang filsafat yang berbicara tentang
pengalaman, bentuknya hakikat keindahan yang bersifat jasmani dan rohani.
9.
Sejarah filsafat, sejarah filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan jawaban para pemikir besar, tema yang
dianggap paling penting dalam periode tertentu, dan aliran besar
yang menguasai pemikiran selama satu zaman atau suatu bagian dunia tertentu.
3. PENGERTIAN ILMU
Ilmu berasal dari bahasa Arab
‘alima/ya’lamu yang berarti tahu/mengetahui. Pengertian ilmu yang
terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998)..
Dalam Ensiklopedia
Indonesia, kita temukan pengertian sebagai berikut:
“Ilmu adalah suatu sistem
dari berbagai pengetahuan yang masing-masing sesuatu lapangan pengalaman
tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga
menjadi kesatuan. Suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing
didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti
dengan memakai metode-metode tertentu.”
Menurut Prof. DR.
Mohammad Hatta:
“Tiap-tiap ilmu adalah
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan
masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun
menurut bangunnya dari dalam.”
4.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN
ILMU
Hubungan filsafat dengan ilmu dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya
universal, sedangkan ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
2.
Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman
lebih dalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga
menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam. Dengan satu kalimat
dapat dikatakan:
-
Ilmu mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to know ..., technical know how, managerial
know how ..., secundary causes, and proximate explanation)
-
Filsafat mengatakan “apa” barang-barang itu (to know `what` and `why` ..., first causes,
highest principles, and ultimate explanation)
3.
Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus,
mempersatukan, dan mengkoordinasikannya.
4.
Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi
sudut pandangnya berlainan. Jadi, merupakan dua pengetahuan yang tersendiri.
Untuk melihat hubungan antara
filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan
filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992)
Ilmu
|
Filsafat
|
· Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti
· Obyek penelitian yang terbatas
· Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai
tertentu.
· Bertugas memberikan jawaban
|
· Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip
umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala
sesuatu secara umum dan keseluruhan
· Keseluruhan yang ada
· Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan
, religi, kesusilaan, keadilan dsb.
· Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
|
5. PERBEDAAN FILSAFAT DENGAN ILMU
Selain memiliki hubungan, filsafat dan ilmu juga
memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat di lihat dari berbagai objek,
yakni:
v Obyek material [lapangan]
Filsafat itu bersifat universal
[umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu
[pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
v Obyek formal [sudut pandangan]
·
Filsafat
itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu
yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu
bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.
·
Filsafat
dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis,
dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis,
sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya.
·
Filsafat
memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
·
Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar
[primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
·
Filsafat
= berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala hal tanpa ada eksperimen.
Sedangkan ilmu selalu dengan eksperiman untuk menemukan jawaban dari
pertanyaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar