Jumat, 18 Juli 2014

Denting Suara Hati

Cahaya lampu berjarak beberapa meter dari tempat aku merebahkan tubuh sangat menarik perhatian. Jendala aku buka agar bisa menonton cahaya itu dengan jelas. Seketika angin sejuk mulai menyelimuti tubuh yang sudah sempat mati suri. Kicauan serangga semakin menambah semangat untuk membawa jari jemari berlayar di atas lautan huruf. Rasa kesal mulai muncul ketika naluri ini tak merasakan kehadiran bulan dan bintang, kedua objek yang selalu menjadi teman dalam keadaan sepih dan ingin mengadu selain yang maha kuasa.
Bulan dan bintang mungkin sibuk dengan pasiennya yang lain sehingga meminta kicauan serangga agar setia menemani.

Aku ingin sebuah tulisan terekam malam ini dan membiarkan sunyinya malam menjadi saksi bisu rasa yang ada saat ini. 

Entah rasa apa yang mulai tumbuh di jiwa ini, seakan ada sosok yang selalu menyapa dalam khayalan dan ada bayangan yang senantiasa berlari lari dalam mimpi. Raga ini terasa nyaman jika berada dalam satu syaf dengan sosok itu dan terasa sepih tampa sosok dia dalam keramaian.  Aku tiada henti menafsirkan rasa ini hingga syarafku mulai kendor dan melemah. Aku tidak memahami sinyal rasa yang menyelimuti hati dan fikiranku.

Dia sosok yang sangat sulit di pahami hingga Tali syrafku kesulitan menscane pikiran sosok itu. Ada sesatu yang berbeda dengan kepribadiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut