Senin, 12 Mei 2014

MAKALAH "KEHIDUPAN DI BUMI"

KEHIDUPAN DI BUMI





Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kulia
 Ilmu Alamiah Dasar pada Semester II  Program Studi Ekonomi
Syariah Kelompok 6 Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Watampone


Oleh


KASMIA
AKMAL MUSTAKMAL
NURLINDA






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) WATAMPONE
2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan dan kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar pada semester II.
Mengingat kemampuan penulis sangat terbatas, maka penyelesaian makalah ini tidak luput dari hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan. Akan tetapi, penulis mendapatkan bantuan dari dosen  mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar sehingga hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi.         
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimah kasih atas bantuan dan dukungan yang  telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis. Rasa terimah kasih penulis khususnya disampaikan kepada :
1.      Ibu Rina Novianty, S.Pd,M.Pd selaku dosen mata kuliah Ilmu Almiah Dasar yang membimbing, memberikan pengarahan, serta masukan-masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2.      Orang tua penulis yang senantiasa memberikan dorongan dan bantuan baik berupa material maupun spiritual dalam menyelesaikan masalah ini.
3.      Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesiakan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu saja jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis akan meminta maaf atas kekurangan dan berterima kasih seandainya ada koreksi dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan makalah ini kepada para pembaca yang berminat dengan harapan semoga bermanfaat adanya.

Watampone,    Mei 2014

                                                                                    Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Segala puji bagi Allah Yang Maha Hidup, sang maestro kosmos, pencipta seluruh alam semesta beserta kehidupan yang terkandung di dalamnya. Dia menciptakan makhluk-makhluk-Nya dengan berbagai variasi, baik bentuk, sifat, tugas maupun zat atau materi penciptaannya. Allah menciptakan Bumi dan langit dari air yang sebelumnya hanya berupa uap.
Meskipun demikian, dalam penciptaan alam semesta terdapat berbagai teori yang telah dikemukakan oleh para pakar. Dimana teori tersebut terdapat antitesis antara teori yang satu dengan teori yang lain, yang disebabkan oleh disparitas perspektif para pemikirnya.
Bumi merupakan salah-satu dari anggota tata surya yang merupakan planet ketiga terdekat dari matahari. Dilihat dari bentuknya, permukaan Bumi berbentuk bulat telur yang terdiri dari air dan selebihnya berupa daratan. Daratan Bumi yang terdiri dari wilayah yang sangat luas dinamakan benua, sementara wilayah daratan yang lebih sempit dan dikelilingi oleh samudera dinamakan pulau. Permukaan daratan Bumi tidaklah rata, melainkan terdiri dari lembah-lembah serta bukit-bukit yang menjulang ke angkasa.
Bumi merupakan tempat tinggal dari berbagai spesies makhluk hidup. Di dalamnya terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang saling melengkapi rangkaian ekosistem. Selain itu, Bumi juga dihuni oleh satu spesies makhluk yang unik bernama manusia yang disebut-sebut sebagai khalifah atau pemimpin terhadap semua makhluk hidup di Bumi serta sebagai manajer semua elemen yang terkandung di dalamnya.
Di dalam perkembangan dan transformasi kehidupan di Bumi yang berlangsung secara terus-menerus mulai dari awal terbentuknya sampai sekarang ini, muncul pula berbagai spekulasi tentangnya. Makhluk hidup yang satu berasal dari makhluk yang lain dari spesies yang sama. Namun, ada pula spesies makhluk hidup yang berasal dari spesies lain yang bertransformasi akibat dari tuntutan lingkungan dan perubahan zaman. Dalam hal ini, dikenal suatu teori yang dinamakan dengan teori evolusi.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latarbelakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimanan asal mula kehidupan?
2.      Bagaimana geografi kehidupan?
3.      Bagamana teori evolusi?
2. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini akan membahas tentang asal mula kehidupan. Selain itu, makalah ini juga akan membahas tentang geografi kehidupan serta berbagai teori mengenai evolusi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Mula Kehidupan
Asal mula kehidupan adalah salah satu hal yang paling banyak dipertentangkan secara sudut pandang, yaitu sudut pandang ilmu pengetahuan modern, penelitian terbaru  dan sudut pandang agama islam.
1.      Ilmu pengetahuan modern
Ilmu pengetahuan modern mempunyai beberapa hipotesis ataupun teori tentang asal mula kehidupan di bumi ini, antara lain:
a.       Teori Abiogenesis
Sebelum abad ke 17 orang beranggapan bahwa makhluk hidup terbentuk secara spontan.
‘Teori abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau makhluk hidup ada dengan sendirinya. Teori ini dikenal teori Generatio Spontanea[1]
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (ratusan tahun sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul “Living in a drop of water.
1)      Teori Abiogenesis Klasik
Tokoh pencetus teori ini yaitu Arsitoteles dan Jhon Nedham,  Pada percobaan Arsitoteles, tanah yang di rendam air akan muncul cacing. Pada percobaan Nedham kaldu direbus dalam wadah selama beberapa menit, setelah itu wadah ditutup menggunakan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.
2)      Teori Abiogenesis Modern/ Evolusi Kimia
‘Teori ini dicetuskan oleh Alexander Oparin dan Haldane. Menurut mereka pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana, amonia, air dan gas hidrogen. Dengan adanya energi alam (halilintat dan sinar kosmis) gas gas itu berubah menjadi molekul organik sederhana jenis substansi asam amino.  Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk premordial shop (campuran materi di lautan panas). Premordial shop lalu membentuk monomer. Monomer membentuk poliemer. Polimer membrntuk protobion (bentuk awal sel)’[2]

Pendapat Alexander Oparin didukung oleh Harold Urey dan Stanley Miller. Harold Urey dan Stanley Miller melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran teori Oparin dan Haldane seperti gambar di bawah
Kedua teori ini memiliki perbedaan, salah satu perbedaan yang paling mendasar adalah abiogenesis modern merupakan penjelasan mengenai asal-usul fenomena kehidupan sementara abiogenesis klasik yang diutarakan oleh Aristoteles menjelaskan bagaimana sebagian hewan/tumbuhan tertentu (tampak) secara rutin muncul tanpa melalui reproduksi. Perbedaan lainnya adalah dari segi mekanisme: abiogenesis modern didasarkan pada pengetahuan biokimia modern sementara abiogenesis klasik didasarkan pada konsep-konsep klasik seperti prinsip material prinsip gerakan dan prinsip ruh. Ketidakterbuktiannya abiogenesis klasik sekarang sudah tidak kontroversial lagi di kalangan biologiwan profesional, sementara abiogenesis modern merupakan bidang riset yang masih aktif .
b.      Teori Biogenesis
Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Para ilmuwan yang mendukung teori biogenesis adalah Francesco Redi (1626–1697), Abbe Lazzaro Spallanzani (1729–1799), dan Louis Pasteur (1822–1895). Ketiga ilmuwan ini melakukan percobaan dan membuktikan teori biogenesis’[3]

1)   Percobaan Francesco Redi
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk menentang teori abiogenesis. Redi melakukan percobaan dengan menggunakan daging segar dan stoples.
‘Redi berhasil membuktikan bahwa ulat pada daging berasal dari telur lalat, dia meyimpulkan bahwa kehidupan berasal dari telur atau omne vivum ex ovo.’[4]
2)   Percobaan Lazzaro Spallanzani
Pada percobaan Spallanzani, digunakan air rebusan dari daging atau (air kaldu.
‘Lazzaro membuktikan bahwa jasad renik yang mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu. Bila kaldu dididihkan kemudian ditutup rapat maka pembusukan tidak akan terjadi.  Dia menyimpulkan bahwa telur berasal dari jasad hidup tau omne ovo ex vivo’[5]
3)   Percobaan Louis Pasteur
Louis Pasteur adalah seorang ahli biokimia dari Perancis yang berhasil menumbangkan teori abiogenesis. Hasil percobaannya tidak dapat disanggah lagi oleh pendukung teori abiogenesis. Percobaan yang dilakukan Louis Pasteur ini sebenarnya penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan oleh Spallanzani. Pasteur menggunakan labu berleher seperti angsa dalam percobaannya Labu berleher seperti angsa ini diisi dengan air kaldu. Fungsi dari labu leher angsa ini adalah agar hubungan antara labu dan udara luar masih ada, artinya masih terdapat oksigen.
‘Dia berkesimpulan harus ada kehidupan sebelumnya agar timbul kehidupan baru atau vivum ev vivo’[6]
2.      Penelitian Terbaru
Mike Russel peneliti Jet Propultsion Laboratory Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), dalam tiga makalah ilmiah yang ikut ditulisnya, menguraikan bahwa kehidupan bermula dari ventilasi hidrotermal di dasar laut. Dalam dua makalah ilmiah di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B, Russel menjelaskan bahwa pada awalnya, cairan alkali di ventilasi hidrotermal dan air laut purba saling berinteraksi.
 Interaksi cairan alkali yang mengandung hidrogen dan metana serta air laut purba yang mengandung karbon dioksida kemungkinan menghasilkan asetat, senyawa sejenis cuka. Asetat inilah yang kemudian berkembang menjadi basis kehidupan.
Makhluk hidup kini tersusun atas senyawa organik, seperti karbohidrat, protein dan sebagainya. Russel menguraikan bahwa katalis yang membentuk molekul organik dan hidrokarbon bisa terbentuk dari molekul anorganik.
Sementara itu, makalah ilmiah yang dipublikasikan di Biochimica Acta menguraikan kemiripan antara enzim kehidupan purba dan mineral yang mengendap di ventilasi hidrotermal. Menurut Russel, fakta itu menunjukkan bahwa terciptanya kehidupan tidak membutuhkan terciptanya katalis terlebih dahulu
Russel menguraikan di situs web NASA mengenai risetnya bahwa pada alkali di sumber panas dasar laut menentukan apa yang kita percaya sebagai cara paling  mungkin berawalnya kehidupan di Bumi dan energi yang menyuplainya.
3.      Sudut Pandang Agama Islam
Dari penelitian-penelitian yang telah disebutkan seperti di atas, belum ada kesimpulan yang dapat diambil. Dan belum terjamin kebenarannya. Ada satu teori yang mungkin dapat dijadikan pegangan untuk kita semua, yakni menurut Al-Qur'an. Mengapa? Karena, apa yang telah dituliskan dalam Al-Qur'an merupakan kebenaran yang datangnya langsung dari, yaitu Allah SWT Sang Pencipta Yang Esa.
Penciptaan alam semesta beserta isinya memang mengandung makna yang dalam.
Allah SWT sebagai Sang Pencipta, menciptakan jagat raya ini tidak langsung berbentuk dan langsung bisa di tempati akan tetapi melalui tahapan dan jangka waktu, bukan karena Allah tidak mampu untuk melakukannya akan tetapi manusia di ajarkan untuk berpikir bagai mana proses terjadinya bumi dan langit, hingga diantara dari ratusan milyar planet hanya bumi yang bisa di tempati untuk makhluk hidup. 
Menurut firman Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya yang menjelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi beserta isinya adalah 6 masa. QS. Qaaf ayat 38, yang berbunyi,
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” 
Keenam masa dalam Al-Qur'an yang disebutkan yakni 2 masa pertama merupakan masa untuk menciptakan bumi sebagai hamparan dan fondasi, lalu 2 masa berikutnya untuk menciptakan langit dan bintang-bintang, dan masa terakhir untuk menciptakan beraneka ragam makhluk hidup yang menepati bumi. 
B. Geografi Kehidupan
1.      Penyebaran Makhluk Hidup
Secara alamiah di alam ini terdapat beraneka ragam jenis kehidupan. Kehidupan tersebut tersebar di berbagai lapisan biosfer, seperti di permukaan bumi, di dalam tanah, air, dan udara. Masing-masing kehidupan berbeda satu sama lain, bahkan makhluk hidup yang terdapat pada satu lapisan pun masih terdiri atas bermacam jenis. Terjadinya keanekaragaman makhluk hidup ditentukan oleh berbagai hal, antara lain sebagai berikut.
a.       Proses Perkembangan Makhluk Hidup (Evolusi)
Dalam masa kehidupan suatu jenis makhluk hidup terjadi proses perkembangan dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih sempurna. Perubahan tersebut terjadi secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama sekali
b.      Seleksi Alam
Seleksi alam adalah penyaringan suatu lingkungan hidup oleh alam sehingga yang tetap tinggal hanyalah makhluk hidup yang mampu menyesuaikan diri.
c.       Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan (Adaptasi)
Jika suatu makhluk hidup ingin tetap tinggal hidup maka dia harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Sebagai contoh, kucing di daerah tropis memiliki bulu yang lebih tipis diban ding kucing yang hidup di daerah beriklim dingin. Makhluk tersebut dapat dikatakan telah beradaptasi dengan lingkungannya masing-masing.
Dalam hal penyebaran makhluk hidup, pada masing-masing lapisan biosfer pun terdapat perbedaan. Bagi kehidupan di darat penyebaran makhluk hidup dipengaruhi oleh iklim, kesuburan tanah, bentuk permukaan bumi, ketersediaan air, dan lain-lain. Sebagai contoh, manusia memiliki kecenderungan untuk menempati suatu daerah yang memiliki kondisi alam yang menguntungkan baginya sehingga terjadilah pengelompokan penduduk di daerah-daerah yang subur dengan persediaan air yang cukup.
2.      Pembagian Wilayah Berdasarkan Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata, meliputi daerah yang luas dan waktunya lama (30 tahun). Ilmu yang mempelajari iklim disebut Klimatologi. Unsur-unsur iklim antara lain meliputi letak garis lintang, letak tinggi tempat, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, pengaruh arus laut, pengaruh topografi dan vegetasi. Iklim berdasarkan letak garis lintang disebut juga iklim matahari.
3.      Menyebutkan Pembagian Wilayah Untuk Penyebaran Binatang
Persebaran hewan di muka bumi ini didasarkan oleh faktor fisiografik, klimatik dan biotik yang berbeda antara wilayah yang satu dengan lainnya, sehingga menyebabkan perbedaan jenis hewan di suatu wilayah. Seperti diketahui setiap spesies hewan mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengatasi hambatan-hambatan. Andaikan tidak ada hambatan-hambatan maka persebaran hewan akan berjalan terus.
Misalnya hewan yang biasa hidup di pegunungan akan sulit hidup di dataran rendah. Atau hewan yang biasa hidup di daerah panas akan sulit hidup di daerah yang beriklim dingin atau kurang curah hujannya. Di samping itu faktor sejarah geologi juga mempengaruhi persebaran hewan di wilayah tertentu karena wilayah tersebut pernah menjadi satu. Namun hewan berbeda dengan tumbuhan yang bersifat pasif. Pada hewan, bila habitatnya dirasakan sudah tidak cocok, seringkali secara masal mengadakan migrasi ke tempat lainnya. Oleh karena itu pola persebaran fauna tidak setegas persebaran flora. Adakalanya hewan khas di suatu wilayah juga terdapat di wilayah lainnya.
Pada tahun 1876 Alfred Russel Wallace membagi wilayah persebaran fauna atas 8 wilayah yaitu: Ethiopian, Palearktik, Oriental, Australian, Neotropical dan Neartik, Oceanik dan Antartik.
C. Teori Evolusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), evolusi adalah perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit), sedangkan berevolusi berarti berubah (berkembang) secara berangsur-angsur.
Evolusi pada dasarnya berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi moderm, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada mahluk hidup. Evolusi menjelaskan sejarah mahluk hidup seperti : manusia, hewan, tumbuhan, fungi , mikroba.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli evolusi terkemuka:
1.      Teori Charles Robert Darwin
Charles Robert Darwin merupakan cucu dari Erasmus Darwin yang juga merupakan ahli evolusi yang berkebangsaan Inggris. Di dalam bukunya yang berjudul On The Origin of Species by Means of Natural Selection ( Asal Mula Spesies yang Terjadi melalui Seleksi Alam), Darwin membagi teori evolusi ke dalam dua garis besar yakni:
a.       Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa silam.
b.      Evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Menurut Darwin, spesies-spesies yang hidup sekarang merupakan transformasi dari spesies yang hidup pada masa silam yang berubah karena persilangan yang menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi gen sehingga muncul berbagai macam varietas baru yang menambah keanekaragaman flora dan fauna. Selain itu, spesies yang hidup sekarang merupakan spesies yang kuat yang berhasil lulus dari seleksi alam. Misalnya, pada spesies jerapah, pada mulanya terdiri dari dua varietas, yakni jerapah berleher panjang dan berleher pendek. Dimana kedua varietas tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanannya yang berupa dedaunan dari pepohonan yang tinggi, dan yang berhasil memenangkan kompetisi tersebut ialah jerapah yang berleher panjang karena bisa menjangkau makanannya sementara jerapah berleher pendek tidak mampu untuk menjangkaunya. Sehingga, jerapah yang berleher pendek seiring berjalannya waktu mengalami kepunahan.
Teori Darwin yang paling kontroversial ialah teorinya yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya berbagai fosil kera yang bentuknya menyerupai fosil manusia. Dimana dari berbagai fosil, dinyatakan bahwa kera mengalami evolusi, mulai dari kera, hingga ditemukannya fosil yang mirip kera yang dinamakan Australophitecus Afarensis, Australophitecus Africanus, Homo Habilis, Homo Erectus,  Homo Sapiens, hingga Homo Sapiens Modern yang merupakan manusia beradab yang hidup pada masa kini.
2.      Teori Lamarck
Jean Baptiste de Lamarck (1744-1829) ialah seorang ahli biologi Perancis yang menjelaskan evolusi berdasarkan suatu gagasan bahwa perubahan pada suatu individu disebabkan oleh lingkungan dan bersifat diturunkan biasa dikenal dengan teori Lamarckisme.’[7]
Dalam bukunya yang berjudul Philosopic, Lamarck mengatakan bahwa  Lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan, ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya. Selain itu, dia menyatakan pula bahwa organ yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami pemendekan atau penyusutan, bahkan akan menghilang.
Contoh klasik yang pernah dikemukakan untuk menggambarkan teori evolusi dari Lamarck adalah jerapah. Pada mulanya, jerapah memiliki leher yang pendek, namun kebiasaannya memakan dedaunan dari pohon yang tinggi sehingga lambat-laun leher jerapah menjadi panjang. Jerapah diduga memanjangkan lehernya untuk mencapai pohon yang semakin tinggi. Adaptasi dengan pemanjangan leher ini diwariskan kepada generasi berikutnya, yang akan mempunyai leher sedikit lebih panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih panjang lagi.
3.    Teori August Weismann
‘August Weismann (1834-1914), seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman mencoba untuk menerapkan teori Darwin dalam peristiwa genetika.’[8]
Weismann tidak menentang pandangan Darwin, tetapi lebih menjelaskan pandangan Darwin mengenai seleksi alam. Weismann berpendapat bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada keturunannya. Evolusi menyangkut bagaimana pewarisan gengen melalui sel-sel kelamin, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika. Sifat leher panjang atau pendek jerapah dikendalikan oleh gen. Gen untuk leher panjang bersifat dominan. Sedangkan, gen untuk leher pendek adalah resesif. Karena jerapah berleher pendek tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan, maka jerapah ini akan punah.
Berbeda dengan teori Darwin, Weismann menentang teori Lamarck. Weismann berpendapat bahwa perubahan sel-sel tubuh akibat pengaruh lingkungan tidak diwariskan pada keturunannya. Weismann membuktikan teorinya dengan mengawinkan dua ekor tikus yang masing-masing ekornya telah dipotong. Kemudian, anak-anaknya yang sudah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan dengan sesamanya. Hasilnya tetap anak-anak tikus yang berekor. Percobaan ini dilakukan hingga 21 generasi tikus dan hasilnya tetap sama.
Dari argumennya tersebut, Weismann menyimpulkan bahwa
a.       Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan ke generasi berikutnya. Hal ini membuktikan bahwa teori evolusi Lamarck tidaklah benar.
b.      Evolusi adalah masalah pewarisan gen-gen melalui sel-sel kelamin, atau evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika.



BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai pembahasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Asal mula kehidupan dapat dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan modern, penelitian terbaru  dan sudut pandang agama islam.
2.      Secara alamiah di alam ini terdapat beraneka ragam jenis kehidupan. Kehidupan tersebut tersebar di berbagai lapisan biosfer, seperti di permukaan bumi, di dalam tanah, air, dan udara.
3.      Evolusi pada dasarnya berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi moderm, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada mahluk hidup. Evolusi menjelaskan sejarah mahluk hidup seperti : manusia, hewan, tumbuhan, fungi , mikroba.




DAFTAR PUSTAKA











Kusumawati , Rohana..dkk, Detik-detik Ujian Nasional Biologi ; Klaten : Intan Pariwara, 2012.


Pratiwi dkk, Biologi SMA Jilid 3, t. cet ; Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006.
Supartono dkk, Ilmu Alamiah Dasar ([t.cet] ; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 1998), h. 84.




[1] Rohana Kusumawati dkk, Detik-detik Ujian Nasional Biologi ([t.cet] ; Klaten : Intan Pariwara, 2012), h. 80.
[2] Ibid, h. 82.
[3] Supartono dkk, Ilmu Alamiah Dasar ([t.cet] ; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 1998), h. 84.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Pratiwi dkk, Biologi SMA Jilid 3 ([t. cet] ; Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006), h. 141.
[8] Ibid, h. 146.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut