KEHIDUPAN DI BUMI
Makalah
Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kulia
Ilmu Alamiah Dasar pada
Semester II Program Studi Ekonomi
Syariah
Kelompok 6 Sekolah Tinggi Agama
Islam
Negeri (STAIN) Watampone
Oleh
KASMIA
AKMAL MUSTAKMAL
NURLINDA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
WATAMPONE
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan kekuatan dan kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar pada
semester II.
Mengingat kemampuan penulis sangat terbatas, maka
penyelesaian makalah ini tidak luput dari hambatan-hambatan dan
kesulitan-kesulitan. Akan tetapi, penulis mendapatkan bantuan dari dosen mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar sehingga
hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimah kasih atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan oleh semua
pihak kepada penulis. Rasa terimah kasih penulis khususnya disampaikan kepada :
1.
Ibu
Rina Novianty,
S.Pd,M.Pd selaku dosen mata kuliah Ilmu Almiah Dasar yang
membimbing, memberikan pengarahan, serta masukan-masukan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
2.
Orang
tua penulis yang senantiasa memberikan dorongan dan bantuan baik berupa
material maupun spiritual dalam menyelesaikan masalah ini.
3.
Rekan-rekan
yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya kepada penulis sehingga
makalah ini dapat terselesiakan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
tentu saja jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis akan meminta maaf atas
kekurangan dan berterima kasih seandainya ada koreksi dan kritik yang sifatnya
membangun dari pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati
penulis mempersembahkan makalah ini kepada para pembaca yang berminat dengan
harapan semoga bermanfaat adanya.
Watampone, Mei 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Segala
puji bagi Allah Yang Maha Hidup, sang maestro kosmos, pencipta seluruh alam
semesta beserta kehidupan yang terkandung di dalamnya. Dia menciptakan
makhluk-makhluk-Nya dengan berbagai variasi, baik bentuk, sifat, tugas maupun
zat atau materi penciptaannya. Allah menciptakan Bumi dan langit dari air yang
sebelumnya hanya berupa uap.
Meskipun
demikian, dalam penciptaan alam semesta terdapat berbagai teori yang telah
dikemukakan oleh para pakar. Dimana teori tersebut terdapat antitesis antara
teori yang satu dengan teori yang lain, yang disebabkan oleh disparitas
perspektif para pemikirnya.
Bumi merupakan salah-satu dari anggota tata surya
yang merupakan planet ketiga terdekat dari matahari. Dilihat dari bentuknya,
permukaan Bumi berbentuk bulat telur yang terdiri dari air dan selebihnya
berupa daratan. Daratan Bumi yang terdiri dari wilayah yang sangat luas
dinamakan benua, sementara wilayah daratan yang lebih sempit dan dikelilingi
oleh samudera dinamakan pulau. Permukaan daratan Bumi tidaklah rata, melainkan
terdiri dari lembah-lembah serta bukit-bukit yang menjulang ke angkasa.
Bumi
merupakan tempat tinggal dari berbagai spesies makhluk hidup. Di dalamnya
terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang saling melengkapi rangkaian
ekosistem. Selain itu, Bumi juga dihuni oleh satu spesies makhluk yang unik
bernama manusia yang disebut-sebut sebagai khalifah atau pemimpin terhadap
semua makhluk hidup di Bumi serta sebagai manajer semua elemen yang terkandung di
dalamnya.
Di
dalam perkembangan dan transformasi kehidupan di Bumi yang berlangsung secara
terus-menerus mulai dari awal terbentuknya sampai sekarang ini, muncul pula
berbagai spekulasi tentangnya. Makhluk hidup yang satu berasal dari makhluk
yang lain dari spesies yang sama. Namun, ada pula spesies makhluk hidup yang
berasal dari spesies lain yang bertransformasi akibat dari tuntutan lingkungan
dan perubahan zaman. Dalam hal ini, dikenal suatu teori yang dinamakan dengan
teori evolusi.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latarbelakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanan asal mula kehidupan?
2. Bagaimana geografi kehidupan?
3. Bagamana teori evolusi?
2.
Batasan Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka makalah ini akan membahas tentang asal mula kehidupan. Selain itu, makalah ini juga akan
membahas tentang geografi kehidupan serta berbagai teori mengenai evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal
Mula Kehidupan
Asal
mula kehidupan adalah salah satu hal yang paling banyak dipertentangkan secara
sudut pandang, yaitu sudut pandang ilmu pengetahuan modern, penelitian terbaru dan sudut pandang agama islam.
1.
Ilmu pengetahuan
modern
Ilmu
pengetahuan modern mempunyai beberapa hipotesis ataupun teori tentang asal mula
kehidupan di bumi ini, antara lain:
a.
Teori Abiogenesis
Sebelum
abad ke 17 orang beranggapan bahwa makhluk hidup terbentuk secara spontan.
‘Teori abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal
dari benda tidak hidup atau makhluk hidup ada dengan sendirinya. Teori ini
dikenal teori Generatio Spontanea’[1]
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman
Yunani Kuno (ratusan tahun sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17,
dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat
digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat
pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil
pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka
tentang abiogenesis. Hasil pengamatan Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan
ilmiah yang diberi judul “Living in a drop of water”.
1)
Teori Abiogenesis
Klasik
Tokoh
pencetus teori ini yaitu Arsitoteles dan Jhon Nedham, Pada percobaan Arsitoteles, tanah yang di
rendam air akan muncul cacing. Pada percobaan Nedham kaldu direbus dalam wadah
selama beberapa menit, setelah itu wadah ditutup menggunakan gabus. Setelah
beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham berpendapat bahwa
bakteri berasal dari kaldu.
2)
Teori Abiogenesis
Modern/ Evolusi Kimia
‘Teori ini dicetuskan oleh Alexander Oparin dan Haldane. Menurut mereka
pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana, amonia, air dan gas
hidrogen. Dengan adanya energi alam (halilintat dan sinar kosmis) gas gas itu
berubah menjadi molekul organik sederhana jenis substansi asam amino. Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik
itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk premordial shop (campuran
materi di lautan panas). Premordial shop lalu membentuk monomer. Monomer
membentuk poliemer. Polimer membrntuk protobion (bentuk awal sel)’[2]
Pendapat
Alexander Oparin didukung oleh Harold Urey dan Stanley Miller. Harold Urey dan
Stanley Miller melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran teori Oparin dan
Haldane seperti gambar di bawah
Kedua
teori ini memiliki perbedaan, salah
satu perbedaan yang paling mendasar adalah abiogenesis modern merupakan
penjelasan mengenai asal-usul fenomena kehidupan sementara abiogenesis klasik
yang diutarakan oleh Aristoteles menjelaskan bagaimana sebagian hewan/tumbuhan
tertentu (tampak) secara rutin muncul tanpa melalui reproduksi. Perbedaan
lainnya adalah dari segi mekanisme: abiogenesis modern didasarkan pada
pengetahuan biokimia modern sementara abiogenesis klasik didasarkan pada
konsep-konsep klasik seperti prinsip material prinsip gerakan dan prinsip ruh. Ketidakterbuktiannya abiogenesis klasik
sekarang sudah tidak kontroversial lagi di kalangan biologiwan profesional,
sementara abiogenesis modern merupakan bidang riset yang masih aktif .
b.
Teori
Biogenesis
‘Teori
biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Teori
biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Para ilmuwan yang mendukung
teori biogenesis adalah Francesco Redi (1626–1697), Abbe Lazzaro Spallanzani
(1729–1799), dan Louis Pasteur (1822–1895). Ketiga ilmuwan ini melakukan
percobaan dan membuktikan teori biogenesis’[3]
1)
Percobaan
Francesco Redi
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan
percobaan untuk menentang teori abiogenesis. Redi melakukan percobaan dengan
menggunakan daging segar dan stoples.
‘Redi berhasil membuktikan
bahwa ulat pada daging berasal dari telur lalat, dia meyimpulkan bahwa
kehidupan berasal dari telur atau omne vivum ex ovo.’[4]
2)
Percobaan
Lazzaro Spallanzani
Pada percobaan Spallanzani, digunakan air rebusan
dari daging atau (air kaldu.
‘Lazzaro membuktikan bahwa
jasad renik yang mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu. Bila kaldu dididihkan
kemudian ditutup rapat maka pembusukan tidak akan terjadi. Dia menyimpulkan bahwa telur berasal dari
jasad hidup tau omne ovo ex vivo’[5]
3)
Percobaan Louis Pasteur
Louis Pasteur adalah seorang
ahli biokimia dari Perancis yang berhasil menumbangkan teori abiogenesis. Hasil
percobaannya tidak dapat disanggah lagi oleh pendukung teori abiogenesis.
Percobaan yang dilakukan Louis Pasteur ini sebenarnya penyempurnaan dari
percobaan yang dilakukan oleh Spallanzani. Pasteur menggunakan labu berleher
seperti angsa dalam percobaannya Labu berleher seperti angsa ini diisi dengan
air kaldu. Fungsi dari labu leher angsa ini adalah agar hubungan antara labu
dan udara luar masih ada, artinya masih terdapat oksigen.
‘Dia berkesimpulan harus ada
kehidupan sebelumnya agar timbul kehidupan baru atau vivum ev vivo’[6]
2. Penelitian
Terbaru
Mike
Russel peneliti Jet Propultsion Laboratory
Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), dalam tiga
makalah ilmiah yang ikut ditulisnya, menguraikan bahwa kehidupan bermula dari
ventilasi hidrotermal di dasar laut. Dalam dua makalah ilmiah di jurnal Philosophical Transactions of
the Royal Society B, Russel menjelaskan bahwa pada awalnya, cairan alkali di ventilasi hidrotermal dan air laut purba saling berinteraksi.
Interaksi
cairan alkali yang mengandung hidrogen dan metana serta air laut purba yang mengandung karbon
dioksida kemungkinan menghasilkan asetat, senyawa sejenis cuka. Asetat inilah
yang kemudian berkembang menjadi basis kehidupan.
Makhluk
hidup kini tersusun atas senyawa organik, seperti karbohidrat, protein dan
sebagainya. Russel menguraikan bahwa katalis yang membentuk molekul organik dan
hidrokarbon bisa terbentuk dari molekul anorganik.
Sementara itu, makalah ilmiah yang dipublikasikan di Biochimica Acta menguraikan kemiripan antara enzim kehidupan purba dan mineral yang mengendap di ventilasi hidrotermal. Menurut Russel, fakta itu menunjukkan bahwa terciptanya kehidupan tidak membutuhkan terciptanya katalis terlebih dahulu
Sementara itu, makalah ilmiah yang dipublikasikan di Biochimica Acta menguraikan kemiripan antara enzim kehidupan purba dan mineral yang mengendap di ventilasi hidrotermal. Menurut Russel, fakta itu menunjukkan bahwa terciptanya kehidupan tidak membutuhkan terciptanya katalis terlebih dahulu
Russel
menguraikan di situs web NASA mengenai risetnya bahwa pada alkali di sumber
panas dasar laut menentukan apa yang kita percaya sebagai cara paling mungkin berawalnya kehidupan di Bumi dan energi yang menyuplainya.
3.
Sudut Pandang Agama Islam
Dari penelitian-penelitian yang
telah disebutkan seperti di atas, belum ada kesimpulan yang dapat diambil. Dan
belum terjamin kebenarannya. Ada satu teori yang mungkin dapat dijadikan
pegangan untuk kita semua, yakni menurut Al-Qur'an. Mengapa? Karena, apa yang
telah dituliskan dalam Al-Qur'an merupakan kebenaran yang datangnya langsung
dari, yaitu Allah SWT Sang Pencipta Yang Esa.
Penciptaan alam semesta beserta isinya memang mengandung makna yang dalam.
Penciptaan alam semesta beserta isinya memang mengandung makna yang dalam.
Allah SWT sebagai Sang Pencipta,
menciptakan jagat raya ini tidak langsung berbentuk dan langsung bisa di
tempati akan tetapi melalui tahapan dan jangka waktu, bukan karena Allah tidak
mampu untuk melakukannya akan tetapi manusia di ajarkan untuk berpikir bagai
mana proses terjadinya bumi dan langit, hingga diantara dari ratusan milyar
planet hanya bumi yang bisa di tempati untuk makhluk hidup.
Menurut firman Allah SWT dalam
beberapa ayat-Nya yang menjelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi beserta
isinya adalah 6 masa. QS. Qaaf ayat 38, yang berbunyi,
“Dan
sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.”
Keenam masa dalam Al-Qur'an yang disebutkan yakni 2 masa
pertama merupakan masa untuk menciptakan bumi sebagai hamparan dan fondasi,
lalu 2 masa berikutnya untuk menciptakan langit dan bintang-bintang, dan masa
terakhir untuk menciptakan beraneka ragam makhluk hidup yang menepati bumi.
B.
Geografi
Kehidupan
1.
Penyebaran Makhluk Hidup
Secara alamiah di alam ini
terdapat beraneka ragam jenis kehidupan. Kehidupan tersebut tersebar di
berbagai lapisan biosfer, seperti di permukaan bumi, di dalam tanah, air, dan
udara. Masing-masing kehidupan berbeda satu sama lain, bahkan makhluk hidup
yang terdapat pada satu lapisan pun masih terdiri atas bermacam jenis.
Terjadinya keanekaragaman makhluk hidup ditentukan oleh berbagai hal, antara
lain sebagai berikut.
a. Proses Perkembangan Makhluk
Hidup (Evolusi)
Dalam masa kehidupan suatu
jenis makhluk hidup terjadi proses perkembangan dari bentuk yang sederhana ke
bentuk yang lebih sempurna. Perubahan tersebut terjadi secara perlahan-lahan dan
dalam waktu yang lama sekali
b. Seleksi Alam
Seleksi alam adalah
penyaringan suatu lingkungan hidup oleh alam sehingga yang tetap tinggal
hanyalah makhluk hidup yang mampu menyesuaikan diri.
c. Penyesuaian Diri Terhadap
Lingkungan (Adaptasi)
Jika suatu makhluk hidup
ingin tetap tinggal hidup maka dia harus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan di sekitarnya. Sebagai contoh, kucing di daerah tropis memiliki bulu
yang lebih tipis diban ding kucing yang hidup di daerah beriklim dingin.
Makhluk tersebut dapat dikatakan telah beradaptasi dengan lingkungannya
masing-masing.
Dalam hal penyebaran makhluk
hidup, pada masing-masing lapisan biosfer pun terdapat perbedaan. Bagi
kehidupan di darat penyebaran makhluk hidup dipengaruhi oleh iklim, kesuburan
tanah, bentuk permukaan bumi, ketersediaan air, dan lain-lain. Sebagai contoh,
manusia memiliki kecenderungan untuk menempati suatu daerah yang memiliki
kondisi alam yang menguntungkan baginya sehingga terjadilah pengelompokan
penduduk di daerah-daerah yang subur dengan persediaan air yang cukup.
2. Pembagian Wilayah Berdasarkan Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca
rata-rata, meliputi daerah yang luas dan waktunya lama (30 tahun). Ilmu yang
mempelajari iklim disebut Klimatologi. Unsur-unsur iklim antara lain meliputi
letak garis lintang, letak tinggi tempat, suhu udara, kelembaban udara, curah
hujan, pengaruh arus laut, pengaruh topografi dan vegetasi. Iklim berdasarkan
letak garis lintang disebut juga iklim matahari.
3. Menyebutkan
Pembagian Wilayah Untuk Penyebaran Binatang
Persebaran hewan di muka
bumi ini didasarkan oleh faktor fisiografik, klimatik dan biotik yang berbeda
antara wilayah yang satu dengan lainnya, sehingga menyebabkan perbedaan jenis
hewan di suatu wilayah. Seperti diketahui setiap spesies hewan mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam mengatasi hambatan-hambatan. Andaikan tidak ada
hambatan-hambatan maka persebaran hewan akan berjalan terus.
Misalnya hewan yang biasa
hidup di pegunungan akan sulit hidup di dataran rendah. Atau hewan yang biasa
hidup di daerah panas akan sulit hidup di daerah yang beriklim dingin atau
kurang curah hujannya. Di samping itu faktor sejarah geologi juga mempengaruhi
persebaran hewan di wilayah tertentu karena wilayah tersebut pernah menjadi
satu. Namun hewan berbeda dengan tumbuhan yang bersifat pasif. Pada hewan, bila
habitatnya dirasakan sudah tidak cocok, seringkali secara masal mengadakan
migrasi ke tempat lainnya. Oleh karena itu pola persebaran fauna tidak setegas
persebaran flora. Adakalanya hewan khas di suatu wilayah juga terdapat di
wilayah lainnya.
Pada tahun 1876 Alfred
Russel Wallace membagi wilayah persebaran fauna atas 8 wilayah yaitu:
Ethiopian, Palearktik, Oriental, Australian, Neotropical dan Neartik, Oceanik
dan Antartik.
C. Teori Evolusi
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), evolusi adalah perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara
berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit), sedangkan
berevolusi berarti berubah (berkembang) secara berangsur-angsur.
Evolusi pada dasarnya berarti proses perubahan dalam
jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi moderm, evolusi berarti perubahan
frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan
terjadinya perubahan pada mahluk hidup. Evolusi menjelaskan sejarah mahluk
hidup seperti : manusia, hewan, tumbuhan, fungi , mikroba.
Di bawah ini akan
diuraikan beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli evolusi
terkemuka:
1.
Teori Charles Robert Darwin
Charles Robert
Darwin merupakan cucu dari Erasmus Darwin yang juga merupakan ahli evolusi yang
berkebangsaan Inggris. Di dalam bukunya yang berjudul On The Origin of Species by Means of Natural Selection ( Asal Mula
Spesies yang Terjadi melalui Seleksi Alam), Darwin membagi teori evolusi ke
dalam dua garis besar yakni:
a.
Spesies yang hidup
sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa silam.
b.
Evolusi terjadi melalui
seleksi alam.
Menurut Darwin,
spesies-spesies yang hidup sekarang merupakan transformasi dari spesies yang
hidup pada masa silam yang berubah karena persilangan yang menyebabkan
terjadinya perubahan frekuensi gen sehingga muncul berbagai macam varietas baru
yang menambah keanekaragaman flora dan fauna. Selain itu, spesies yang hidup
sekarang merupakan spesies yang kuat yang berhasil lulus dari seleksi alam.
Misalnya, pada spesies jerapah, pada mulanya terdiri dari dua varietas, yakni
jerapah berleher panjang dan berleher pendek. Dimana kedua varietas tersebut
berkompetisi untuk mendapatkan makanannya yang berupa dedaunan dari pepohonan
yang tinggi, dan yang berhasil memenangkan kompetisi tersebut ialah jerapah yang
berleher panjang karena bisa menjangkau makanannya sementara jerapah berleher
pendek tidak mampu untuk menjangkaunya. Sehingga, jerapah yang berleher pendek
seiring berjalannya waktu mengalami kepunahan.
Teori Darwin yang
paling kontroversial ialah teorinya yang mengatakan bahwa manusia berasal dari
kera. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya berbagai fosil kera yang
bentuknya menyerupai fosil manusia. Dimana dari berbagai fosil, dinyatakan
bahwa kera mengalami evolusi, mulai dari kera, hingga ditemukannya fosil yang
mirip kera yang dinamakan Australophitecus
Afarensis, Australophitecus Africanus, Homo
Habilis, Homo Erectus, Homo
Sapiens, hingga Homo Sapiens
Modern yang merupakan
manusia beradab yang hidup pada masa kini.
2.
Teori Lamarck
‘Jean
Baptiste de Lamarck (1744-1829) ialah seorang ahli biologi Perancis yang
menjelaskan evolusi berdasarkan suatu gagasan bahwa perubahan pada suatu
individu disebabkan oleh lingkungan dan bersifat diturunkan biasa dikenal
dengan teori Lamarckisme.’[7]
Dalam bukunya yang berjudul Philosopic, Lamarck mengatakan bahwa Lingkungan
mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan, ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya. Selain
itu, dia menyatakan pula bahwa organ yang sering digunakan akan berkembang dan
tumbuh membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami pemendekan
atau penyusutan, bahkan akan menghilang.
Contoh klasik yang pernah dikemukakan untuk
menggambarkan teori evolusi dari Lamarck adalah jerapah. Pada mulanya, jerapah
memiliki leher yang pendek, namun kebiasaannya memakan dedaunan dari pohon yang
tinggi sehingga lambat-laun leher jerapah menjadi panjang. Jerapah diduga
memanjangkan lehernya untuk mencapai pohon yang semakin tinggi. Adaptasi dengan
pemanjangan leher ini diwariskan kepada generasi berikutnya, yang akan
mempunyai leher sedikit lebih panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih
panjang lagi.
3.
Teori August Weismann
‘August Weismann (1834-1914), seorang ahli biologi
berkebangsaan Jerman mencoba untuk menerapkan teori Darwin dalam peristiwa
genetika.’[8]
Weismann tidak menentang pandangan Darwin, tetapi
lebih menjelaskan pandangan Darwin mengenai seleksi alam. Weismann berpendapat
bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan
kepada keturunannya. Evolusi menyangkut bagaimana pewarisan gengen melalui
sel-sel kelamin, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap
faktor-faktor genetika. Sifat leher panjang atau pendek jerapah dikendalikan
oleh gen. Gen untuk leher panjang bersifat dominan. Sedangkan, gen untuk leher
pendek adalah resesif. Karena jerapah berleher pendek tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungan, maka jerapah ini akan punah.
Berbeda dengan teori Darwin, Weismann menentang teori
Lamarck. Weismann berpendapat bahwa perubahan sel-sel tubuh akibat pengaruh
lingkungan tidak diwariskan pada keturunannya. Weismann membuktikan teorinya
dengan mengawinkan dua ekor tikus yang masing-masing ekornya telah dipotong.
Kemudian, anak-anaknya yang sudah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan dengan
sesamanya. Hasilnya tetap anak-anak tikus yang berekor. Percobaan ini dilakukan
hingga 21 generasi tikus dan hasilnya tetap sama.
Dari argumennya tersebut, Weismann menyimpulkan bahwa
a.
Perubahan sel tubuh
karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan ke generasi berikutnya. Hal
ini membuktikan bahwa teori evolusi Lamarck tidaklah benar.
b.
Evolusi adalah masalah
pewarisan gen-gen melalui sel-sel kelamin, atau evolusi adalah gejala seleksi
alam terhadap faktor-faktor genetika.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
penjelasan mengenai
pembahasan di atas, penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Asal mula kehidupan
dapat dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan modern, penelitian
terbaru dan sudut pandang agama islam.
2.
Secara
alamiah di alam ini terdapat beraneka ragam jenis kehidupan. Kehidupan tersebut
tersebar di berbagai lapisan biosfer, seperti di permukaan bumi, di dalam
tanah, air, dan udara.
3.
Evolusi pada dasarnya
berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi
moderm, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi
perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada mahluk hidup. Evolusi
menjelaskan sejarah mahluk hidup seperti : manusia, hewan, tumbuhan, fungi ,
mikroba.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati , Rohana..dkk, Detik-detik Ujian Nasional Biologi ; Klaten : Intan Pariwara, 2012.
Pratiwi dkk, Biologi
SMA Jilid 3, t. cet ; Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006.
Supartono dkk, Ilmu Alamiah Dasar ([t.cet] ; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 1998), h. 84.
[1] Rohana
Kusumawati dkk, Detik-detik Ujian
Nasional Biologi ([t.cet] ; Klaten : Intan Pariwara, 2012), h. 80.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar