Senin, 12 Mei 2014

MAKALAH "OBJEK DAN METODE FILSAFAT"

OBJEK FILSAFAT DAN METODE FILSAFAT




Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kulia Filsafat 
Umum pada Semester II Program Studi Ekonomi Syariah Kelompok 6 Sekolah
 Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone



Oleh


KASMIA
AISYAH
SURADI
RISKA



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) WATAMPONE
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Filsafat berasal dari perkataan Yunani yaitu filos dan sofia yang berarti cinta kebijaksaan atau belajar, ilmu pengetahuan. Lebih dari itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnya, dalam proses pertumbuhan ilmu-ilmu (sciences) hanya ada di dalam apa yang kita sebut sekarang filsafat. Untuk alas an inilah sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu ilmu pengetahuan.
Filsafat berasal dari kata Yunani Philein, cinta, Sophia, kebijaksaan yakni ilmu yang aling umum yaitu usaha mencari kebijaksaan asalnya, penjelasan rasional dari sesuatu, prinsip-prinsip umum yang menerapkan segala fakta, dalam artian tidak dapat dibedakan denganscience. Secara popular diartikan sebagai ilmu dari pada ilmu, kritik dan sistematika atau organisasi dari semua ilmu pengetahuan yang berasal dari ilmu empiris, pelajaran yang rasional, pelajaran biasa atau dimanapun.
Bertanya tentang apakah filsafat itu, biasanya sama dengan menanyakan apakah materi atau objek filsafat itu dan metodenya. Dalam satu pengertian-pengertian apakah yang di ambil atau dipakai oleh ahli filsafat itu sebagai materi-jawabaan atas pertanyaan tersebut pastilah “sesuatu, segala sesuatu,......” menurut brauner dan burn, maka arti filsafat dapat dipahami dengan mengetahui apakah objek filsafat itu, apakah yang diselidiki oleh filsafat. Dengan dasar ini, maka kami mengangkat tema tentang bagaiamana objek filsafat yang ada pada dunia filosofi.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latarbelakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana objek filsafat?
2.      Bagamana metode filsafat?
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini akan membahas tentang objek filsafat, selain itu makalah ini membahas metode filsafat.




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Objek Filsafat   
1. Pengertian Objek Filsafat
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahwa dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan.Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek,yang dibedakan menjadi dua,yaitu objek material dan objek formal.
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipIkirkan. Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. ”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitumeliouti segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan formal. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek formal filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari uraian yang tertera diatas, maka jelaslah bahwa:
1. Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok, yakni:
1.    Hakekat Tuhan
2.    Hakekat Alam, dan
3.    Hakekat Manusia.
Objek Material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu  sendiri, yaitu pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Objek material dari filsafat ad beberapa istilah dari pada cendikiawan, namun semua itu sebenarnya tidak ad yang bertentangan,
1)      Mohammad Noor Syam berpendapat, ‘Parah ahli membedakan bahwa objek filsafat itu atas objek material dan objek material filsafat; segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
2)      Podjawijatna berpendapat, objek material filsafat adalah ada dan yang mungkin ada
3)      Oemar Amir Hoesain berpendapat, masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia memiliki kecenderungan hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan mungkin ada.
4)      H.A Dardiri berpendapat, objek material itu adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupunada dalamkemungkinan.
5)      Abbas Hamami M. Berpendapat filsafat objek materil itu adalah ada yang mengatakan, alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, masalah manusia,masalah tuhan dan lainnya. Karena untuk menjadikan satu pendapat tentang tumpuan yang berbeda akhirnya dikatakan bahwa segala sesuatu yang adalah yang merupakan objek materil.
Setelah meneropong dari beberapa pendapat ahli diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala sesuatu yang ada.
2.    Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebihmenaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmupengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagimanusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuanyakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologi.
2.      Penyelidikan dan pembagian filsafat menurut objeknya
Dalam buku Filsafat Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
1.    Ada Umum
Adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Erops, Ada Umum ini disebut “Ontologia” yang berasal dari kata Yunani “Onontos” yang berarti ada dan dalam bahasa arab sering menggunakan Untulugia dan ilmu kainat.
2.      Ada Mutlak
Adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan dan harus terus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal segala sesuatu. Ini disebut Tuhan. Dalam bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam bahasa arab “Ilah atau Allah.
3.      Comologia
Yaitu filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. Ada tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu pada suatu masa.
4.      Antropologia
Antropolgia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak, maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya. Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropolgia.
5.      Etika
Adalah filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
6.      Logika
Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi maka tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena itu, dipersoalkan apakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran.

B.  Metode Filsafat   
Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodeuo yang berarti mengikuti jejak atau mengusut, menyelidiki dan meneliti yang berasal dari kata methodos dari akar kata meta (dengan) dan hodos (jalan). Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu objek yang dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode yang benar dan tepat akan menjamin kebenaran yang diraih.
Oleh karena itu, setiap cabang ilmu pengetahuan harus mengembangkan metodologi yang sesuai dengan objek studi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ini merupakan suatu keharusan karena sesungguhnya tidak ada satu metode yang cocok digunakan bagi semua bidang ilmu pengetahuan. Filsafat pun memiliki metode sendiri, namun harus ditegaskan pula bahwa filsafat sesungguhnya tidak memiliki metode tunggal yang digunakan oleh semua filsuf sejak zaman purba hingga sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa jumlah filsafat adalah sebanyak jumlah filsufnya. Sangat banyak metode filsafat yang digunakan oleh para filsuf dari dahulu sampai sekarang ini.
1.    Metode Zeno : Reductio ad Absurdum
Memang Zeno dikenal sebagai seorang pemikir jenius yang berhasil mengembangkan metode untuk meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan premis-premis lawan, yang caranya ialah mereduksikannya menjadi suatu kontradiksi sehingga konklusinya pun menjadi mustahil ( reduction ad absurdum ).
Zeno sependapat dengan Parmenides yang mengatakan bahwa realitas yang sesungguhnya di alam semesta ini hanya satu. Untuk mempertahankan monisme dari serangan plularisme, dengan metode reductio ad absurdum Zeno mengatakan bahwa seandainya ada banyak titik yang terdapat di antara titik A dan titik B, berarti kita juga harus mengakui adanya suatu jumlah tak terbatas karena akan senantiasa terdapat titik di antara titik-titik itu, dan demikian seterusnya. Akan tetapi, ternyata bahwa orang dapat berjalan dari A ke B, dan itu berarti bahwa jarak A ke B dapat dilintasi. Oleh karena itu, hipotesis semula, yang menyatakan bahwa ada banyak titik yang terdapat di antara titik A dan B adalah tidak benar. Jadi, jelas bahwa pluralitas itu absurd, tidak masuk akal, dan mustahil.
Parmenides juga pernah mengatakan bawha tidak ada ruang kosong, yang berarti bahwa yang ada tidak berada dalama ada yang lain karena yang ada senantiasa mengisi seluruh tempat. Parmenides pun pernah mengatakan bahwa jika ruang kosong itu tidak ada, berarti bahwa gerak pun tidak ada. Untuk membuktikan kebenaran ajaran gurunya itu, Zeno mengemukakan empat contoh sebagai berikut :
1)      Dikotomi paradox.
2)      Akhilles, si juara lari.
3)      Anak Panah
4)      Benda yang bergerak bertentangan.
Metode Zeno member nilai abadi bagi filsafat karena memang tidak satu pun pernyataam yang melahirkan pertentangan dapat dianggap benar. Metode yang dikembangkan oleh Zeno sangat berguna dalam suatu perdebatan karena dengan metode itu ia telah member dasar yang kokoh bagi argumentasi-argumentasi yang rasional dan logis. Zeno juga dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan metode dialektik, dalam arti mencari kebeneran lewat perdebatan atau bersoal jawab secara sistematis.
2.    Metode Sokrates : Maieutik Dialektis Kritis Induktif 
Bagi Sokrates, kebenaran objektif yang hendak digapai bukanlah semata-mata untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang abstrak, tetapi justru untuk meraih kebajikan karena, menurut Sokrates, filsafat adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat tingkah laku manusianyang pantas, yang baik dan terpuji. Untuk menggapai kebenaran objektif itu, Sokrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang amat erat digenggamnya.
Sokrates begitu yakin bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak masa praeksistensinya. Karena itu, Sokrates tidak pernah mengajar tentang kebenaran itu, melainkan berupaya untuk menolong untuk mengungkapkan apa yang memang ada dan tersimpan dalam jiwa seseorang. Sokrates merasa terpanggil utnuk melakukan tugas yang mirip ibunya (ibunya adalah bidan), maka cara yang digunakannya pun disebutnya maieutika tekne (teknik kebidanan).
3.    Metode Plato : Deduktif Spekulatif Transendental
Plato memusatkan perhatiannya pada pada bidang yang amat luas, yaitu mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Dari berbagai ilmu pengetahuan yang diminatinya itu, eksaktalah bidang ilmu yang memperoleh tempat istimewa. Pada umumnya para ahli membagi dialog-dialog Plato ke dalam tiga periode :
1)      periode dialog-dialog awal, disebut juga sebagai oeriode penyelidikan (inquiry)
2)      periode dialog-dialog pertengahan, disebut juga sebagai periode spekulasi/pemikiran (speculation).
3)      periode dialog-dialog akhir, disebut juga sebagai periode kritisisme, penilaian dan aplikasi (critism, appraisal, and application).
Inti dan dasar dari seluruh filsafat Plato ialah ajaran-ajaran tentang ide-ide. Plato percaya bahwa ide yang tertangkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-objek material yang terlihat oleh mata. Hanya ide yang merupakan realitas yang sesungguhnya dan abadi
4.    Metode Aristoteles: Silogistis Deduktif
Aristoteles mengatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru. Kedua metode itu disebut metode induktif dan metode deduktif. Induksi ialah cara menarik konklusi yang bersifat umum dari hal-hal khusus. Deduktif adalah cara menarik konklusi yang bertolak dari sifat umum ke khusus. Baik deduksi maupun induksi, keduanya dipaparkan oleh Aristoteles di dalam logika
Inti logika adalah silogisme. Silogisme merupakan alat dan mekanisme penalaran untuk menarik konklusi yang benar berdasarkan premis-premis yang benar. Bagi Aristoteles, metode deduksi merupakan metode terbaik untuk memperoleh konklusi demi mencapai kebenaran dan pengetahuan baru. Demikianlah metodenya dikenal sebagai metode silogistis deduktif.
Immanuel Kant mengatakan bahwa logika yang diciptakan Aristoteles sejak semula sudah sempurna sehingga tidak mungkin bertambah sedikit pun.
5.    Metode Plotinos :Kontemplatif-Mistis
Plotinos merupaka filsuf neoplatonis. Filsafat Plotinos didasarkan pada ajaran Plato, khususnya mengenai ide kebaikan selaku ide yang tertinggi di dalam filsafat Plato. Karena Plotinos menggunakan istilah-istilah dan mengembangkan dasar-dasar pemikiran Plato, filsafat Plotinos disebut neoplatonisme. Tetapi tidak berarti ia hanya mempelajari filsafat Plato, ia mempelajari berbagai filsafat lainnya. Filsafat Plotinos merupakan sintesis dari semua filsafat yang mendahuluinya walaupun memang terlihat dengan jelas bahwa pengaruh Platonisme sangat dominan
Filsafat Plotinos merupakan suatu sistem yang hendak menjelaskan asal mula dan tujuan seluruh realitas, termasuk manusia. Menurutnya filsafat bukan hanya merupakan doktrin melainkan juga merupakan suatu jalan kehidupan. Karena itu metode Plotinos disebut metode kontemplatif-mistis.
6.    Metode Descartes: Skeptis
Filsafat Descartes yang paling terkenal yaitu: cogito ergo sum, (aku berpikir maka aku ada). Bagi Descartes, manusia harus menjadi titik berangkat dari pemikiran yang rasional demi mencapai kebenaran yang pasti. Untuk mencapai kebenaran yang pasti itu, rasio harus berperan semaksimal mungkin.
Cara untuk mencapai kebenaran dengan pasti, membutuhkan keraguan. Apabila melalui keraguan yang begitu radikal ada suatu kebenaran yang saggup bertahan sehingga tidak mungkin lagi diragukan kebenarannya, maka kebenaran itu adalah kebenaran yang pasti. Setelah meragukan segala sesuatu, Descartes menemukan bahwa ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu: saya sedang meragukan segala sesuatu, sedang berpikir, dan jika saya sedang berpikir itu berarti tidak dapat diragukan lagi bahwa saya pasti ada. Ini karena tidak mungkin yang tidak ada dapat berpikir dan dapat meragukan segala sesuatu.
7.    Metode Francis Bacon: Induktif
Secara umum dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangan Bacon bersifat praktis, konkret, dan utilitaris. Untuk mengenal sifat-sifat segala sesuatu, dibutuhkan penelitian-penelitian yang empiris. Pengalamanlah yang menjadi dasar pengetahuan. Pengetahuan itu sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena hanya dengan pengetahuanlah manusia sanggup menaklukka alam kodrat.
Menurut Bacon, logika silogistis tradisional tidak sanggup menghasilkan penemuan-penemuan empiris. Ia mengatakan bahwa logika silogistis tradisional hanya dapat membantu mewujudka konsekuensi deduktif dari apa yang sebenarnya telah diketahui. Agar pengetahuan itu berkembang dan memperoleh pengetahuan baru, metode deduktif harus ditinggalkan dan diganti dengan metode induktif.
Metode induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal-hal yang umum. Bacon memang bukan penemu metode induktif, namun ia berupaya memperbaiki dan menyempurnakan metode itu melalui pengkombinasian metode induktif tradisional dengan eksperimentasi yang cermat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas penulis dapat disimpulkan bahwa objek material filsafat adalah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok, yakni hakekat Tuhan, alam, dan Manusia. Sedangkan objek fformal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
Penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah sebagai berikut:
1.      Ada Umum adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum.
2.      Ada Mutlak adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya.
3.      Comologia yaitu filsafat yang mencari hakikat alam.
4.      Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak, maka juga menjadi objek pembahasan.
5.      Etika adalah filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia.
6.      Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Maka penyelidikan akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika.
Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa objek filsafat itu sama dengan objek ilmu pengetahuan bila ditinjau secara material dan berbeda bila secara formal
Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu objek yang dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode yang benar dan tepat akan menjamin kebenaran yang diraih.
B. Saran
Ada pun saran dari kami adalah semoga penemuan-penemuan filsafat di bidang ilmu pengetahuan yang ada atau pun yang nanti nya akan berkembang lagi dapat di gunakan sebaik mungkin dan dapat bermafaat bagi semua masyarakat dunia.
DAFTRA PUSTAKA

Sudarto, 1997, Metodologi penelitian Filsafat,  PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut